Empat Belas (Celah)

274 55 48
                                        

Hai hari ini pas awal nulis Part ini itu dihari Selasa yang kebetulan pagi ini jam 05.30 WIB setelah aku beresin bahan Ajar untuk kelas Daring hari ini, karena udah selesei dan tadinya neh niatnya mau langsung cus kerjain PR rumah, pasti buat para perempun atau para wonder women alias ibu Rumah tangga itu tuh jam tepat sebelum para kurcil bangun. Tapi tuh sakarang hujan, dan hasrat menengok Melody pun makin meronta-ronta hahahhaha.

oke kalau gitu kita Cus,, sampe sejauh mana hujan pagi ini membuat aku bisa berbincang dengan Melody dan Al.. hehehe

***

"Yuk, gue kayanya masih liat loe masih terganggu. Mungkin karena loe takut jatuh cinta sama AL" Ucap Angga, dan Yuki menoleh kearah Angga, "Gue bisa lihat dari sorot mata loe sekarang. Loe gak boleh nolak, ikutin kata hati loe" Lanjut Angga. "Gue gak bisa, dan gue gak mau" Ucap Yuki dingin. Kini Yuki hanya menatap kearah luar mobil.

***

Angga mengantar Yuki kembali ke rumahnya, Yuki masih diam dalam meski sudah sampai rumahnya. "Loe masih mau pergi ke suatu tempat atau loe mau masuk?" Tanya Angga akhirnya memecahkan keheningan. "Loe boleh pulang, gue kayanya mau ke suatu tempat" Ucap Yuki dengan wajahnya yang mulai tenang saat ini. Angga ingin sekali mengantarnya, tapi Angga tahu kalau Yuki pasti ingin sendiri. "Oke. Loe hati-hati dan selalu kabarin gue kalau ada apa-apa" Ucap Angga dan diiyakan oleh Yuki. Angga pun keluar dari mobil Yuki, kemudian dia masuk ke mobilnya dan melajukan mobilnya keluar dari rumah Yuki.

Yuki mengganti posisinya ke tempat duduk dibelakang kemudi, Yuki mulai melajukan mobilnya. Yuki pergi ke suatu tempat yang selalu ia datangi ketika pikirannya resah, tempat yang menjadi favorit ia dan Saudara kembarnya, Azzura. Tak butuh waktu yang terlalu lama, Yuki sudah sampai ke tempat dimana ia bisa melepaskan sedikit penatnya.

Yuki turun dari mobilnya, ia mendekati sebuah bukit yang dibalik bukit itu ada sebuah pemandangan yang sangat cantik. Tempat sang senja biasanya menampakkan keindahannya. Hari ini belum terlalu sore, Yuki masih bisa merasakan panasnya matahari yang menyilaukan matanya. Yuki terduduk dirumput, ia menopang badannya sedikit mencondong kebelakang dan menjulurkan kakinya. Tak lama ia memejamkan matanya, tak ada kilauan matahari menyilaukan matanya hanya hangatnya yang menyentuh kulitnya dengan angin yang tak mau kalah membelai wajah Yuki.

Sebuah bayangan melintas tanpa ia bisa cegah. Sebuah cerita beberapa jam yang lalu berputar ulang, dimana ia tertegun menatap sorot mata Al yang terlihat teduh dan banyak sekali yang diungkapkan oleh sorotan itu. Namun tak lama seketika bayangan ketika Azzura menatap Al pun melintas, Yuki membuka matanya dan menegakkan posisi duduknya. Ada buliran bening yang lolos dari matanya. Dada yang mulai sesak, namun Yuki menghiraukannya dan berusaha menghilangkannya.

"Menangislah" terdengar suara yang mengejutkan Yuki, ia menoleh ke arah sumber suara. AL kini memandangnya dengan tatapan yang entah mengasihaninya, merasakan kesedihannya atau rasa luka dihatinya. Yuki memalingkan lagi wajahnya menyembunyikan raut muka yang belum bisa ia kendalikan. 

AL duduk disamping Yuki, hanya diam seraya menunggu moment tepat untuk memulai percakapan. Hening yang tercipta, namun AL tak melepaskan pandangannya pada Yuki yang kini masih menahan wajahnya untuk tak terlihat oleh Al. Yuki menarik nafasnya dan ia mulai akan beranjak dari duduknya, AL menahan Yuki dan itu membuat Yuki kini memandang Al, "Boleh tetap disini?" tanya Al lembut dengan sorotan mata meminta. Yuki terdiam sejenak dan akhirnya ia kembali duduk disamping Al.

"Apa perasaan aku menyulitkanmu?" tanya Al memcahkan keheningan, "Jika iya. Untuk sementara waktu aku bisa bersembunyi" Ucap Al. Yuki menarik nafasnya "Apa waktu dulu kamu tersiksa dengan memendam perasaan itu?" Tanya Yuki balik, "Jika aku bilang tidak, itu semua bohong. Menahan perasaan ini tanpa mengungkapkannya itu sulit. Hanya bisa menjagamu dari jauh, hanya bisa diam-diam memperhatikanmu itu sangat sulit. Dan ketika aku bisa menunjukkan rasa itu, aku pikir bisa melegakan. Tapi nyatanya kamu malah menghilang dan kembali dengan sesuatu yang tak ku mengerti. Hingga saat kamu akhirnya bersama Dimas. Sedih, sakit dan kecewa itu ada tapi melihat kamu bahagia, itu lebih penting bagiku" Ucap Al. Al mengubah posisinya dengan menghadap Yuki "Tapi jika saat ini kamu merasa sulit dengan perasaan ini, aku gak akan memaksa untuk memasuki ruang itu. Meski ada celah sedikit pun" Lanjut Al.

MelodyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang