Kalau bukan karena Alodry, Calum memilih bolos sekolah hari ini. Semalam ia terjaga demi menonton siaran ulang The Walking Dead season empat hanya karena Alodry menyarankannya menonton acara itu. Hal terakhir yang ingin Calum saksikan di layar televisi adalah seseorang yang menembak kepala zombie dan kepala itu hancur, membuatnya mual.
Ia keluar ruang kelas bahasa Inggris dengan lesu. Entah kenapa ia tidak punya inspirasi saat mengerjakan essai, sehingga ia melirik ke seseorang di sebelahnya dan Mr. Anderson mengetahui hal ini, lalu menyuruh Calum keluar walau bel belum berbunyi. Sekarang ia tidak tahu kemana ia harus pergi. Ada beberapa anak di koridor, namun mereka hanya menatap Calum dan mengabaikannya.
Halaman depan sekolah adalah hal pertama yang terlintas di pikirannya. Dengan langkah santai ia melewati lorong-lorong. Baru kali ini Calum merasa masa bodoh dengan nilai tugasnya.
"Hei, Cal-Pal!" panggil seseorang. Calum menoleh dan melihat Alodry berjalan ke arahnya, dengan senyum yang ditarik ke satu arah, sinis. "Dikeluarkan dari kelas?"
"B-bagaimana kau tahu?" Calum agak tergagap. Alodry adalah seniornya, orang yang mengenalkannya pada sekelompok teman yang merupakan outsiders di sekolah, juga gadis yang ia cintai. Malam ketika ia resmi bergabung dengan kelompok Alodry alias para misfits, ia dibuat mabuk dan menumpahkan semua hal yang ia pendam pada Alodry. Salah satunya, mengatakan betapa gadis itu amat cantik dan harus menjadi model agar Calum bisa memajang posternya di kamar.
Alodry terkekeh. "Aku tahu. Jadi, kau mau ikut?"
"Ikut?"
"Ya, ikut aku dan Mike ke sebuah tempat yang tak akan kau lupakan." Alodry mengangguk bersemangat.
Calum ber-hmm, ragu. "Tapi ini masih jam sekolah. Kau yakin tidak apa-apa?"
Alodry terdiam, membuat Calum heran. Mereka hanya berdiri bertatapan selama lima menit, lalu suara bel terdengar. "Nah, sekarang sudah jam pulang."
"Kau memang keren. Oke, aku ikut," balas Calum, ikut tertular semangat Alodry. Ia mengikuti gadis itu ke sebuah mobil biru tua dengan bak terbuka. Lelaki berambut merah yang ia kenal sebagai Michael, saudara kembar ("Ceritanya panjang," begitu kata Alodry saat Calum menanyakan apakah Michael dan Alodry benar-benar saudara kembar. Wajah mereka saja sangat berbeda) Alodry, duduk di atas kap mobil dan melemparkan sesuatu pada Calum. Ia menangkap benda itu dengan tangkas. Sekotak rokok.
"Itu bukan untukmu," Alodry merebut kotak itu dari Calum sebelum ia sempat membaca nama brand-nya. "He doesn't smoke, Mike!"
"Well, dia banci," Michael turun dari kap mobil, lalu merogoh kunci dari sakunya. "Kau bisa mengemudi?"
"Uhm, ya," Calum tidak yakin, namun panggilan 'banci' dari Michael tadi membuatnya bertekad untuk membuktikan siapa ia sebenarnya. Apa ada banci yang bermain sepak bola sampai mendapat beasiswa dan kesempatan bersekolah di Brazil?
"Tidak, tidak!" lagi-lagi, Alodry menggagalkan aksi unjuk diri Calum. "Kita ke Terowongan, Mike! Cal belum pernah melihatnya."
Beruntung tak ada perdebatan lagi. Michael akhirnya mengemudi, Alodry duduk di tengah, dan Calum di ujung, tidak tahu kemana dua orang ini akan membawanya. Ia menggenggam ponselnya amat erat, mungkin genggamannya bisa meremukkan ponselnya kapan saja. Jika Alodry dan Michael berniat buruk padanya, Calum akan menelepon kakaknya. Atau polisi. Atau keduanya. Walau resmi 'bersahabat' dengan Michael, Alodry, dan anak-anak lain, Calum masih merasa salah tempat.
Michael mengemudi ke jalan tol yang sepi, padahal hari ini hari kerja. Calum tidak mengenal tempat ini, dan ia sudah mengambik ancang-ancang untuk menelepon kakaknya atau mengirim pesan. Jemput aku! Dua orang asing menculikku dan akan mengirimku ke Madagascar!
KAMU SEDANG MEMBACA
compass || oneshot request
Short Story"compass points you anywhere, closer to me." [ ] open [ x ] closed ©2015 by nabila