|| HanaRee ||

230 12 4
                                    

Niall mengerjap-ngerjapkan matanya, merasakan sesuatu menyodok lengannya cukup keras. Samar-samar ia melihat wajah seseorang dan mendengar saura, namun ia tidak bisa memastikan siapa atau apa. Perlahan ia berhasil bangun, dan saat itulah Niall melihat seorang gadis berkuncir ekor kuda berdiri di atas tubuhnya, menatapnya dengan wajah heran.

"Kau baik-baik saja?" tanya gadis itu dengan nada kuatir yang tidak berusaha disembunyikan. "Mau kubantu?"

Ia mengabaikan uluran tangan gadis itu dan berdiri dengan usahanya sendiri. Niall sempat terhuyung-huyung, namun kembali menegakkan tubuh saat tangan gadis itu menggenggamnya.

"Niall? Kau oke, kan?"

"Ya, tentu," tidak. Kepala Niall pusing setengah mati dan rasanya seperti ada penambang-penambang kecil yang menggali otaknya. "Kau, ehm, bagaimana bisa tahu namaku?"

Gadis itu tersenyum. "Semua orang tahu dirimu. Dan, yah, kita satu sekolah walau tidak terlalu sering bertemu,"

"Aku juga pasti tahu namamu," Niall menyeletuk dengan agak heboh dan tidak mau kalah. Sebenarnya ia bahkan tidak pernah melihat gadis berambut hitam panjang ini. Malah, ia tak pernah melihat gadis berambut hitam di sekolah.

"Hana."

"Oh, tentu, aku tahu itu. Hana. Nama yang indah," seru Niall. Hana terkikik melihat tingkah lelaki di hadapannya. "Ngomong-ngomong, Hana, bagaimana kau bisa menemukanku?" Niall mengedarkan pandangan ke sekelilingnya, lalu kembali menatap Hana. "Dan dimana mobilku? Kenapa aku ada di tengah-tengah tempat asing?"

"Aku menemukanmu dua menit yang lalu, terkapar di halaman depanku tanpa mobil atau apapun," jawab Hana kalem.

"Oh, halaman depanmu," Niall mengangguk-angguk. Perlahan ia mulai ingat apa yang membuatnya berada di halaman depan seorang gadis tidak populer dari sekolahnya dalam keadaan tak sadarkan diri-semalam ia pergi ke bar dan menenggak entah berapa gelas minuman. Sisanya masih samar dalam ingatannya, namun ia ingat ditarik dari bar dan mengendarai mobilnya dalam keadaan setengah mabuk.

"Niall?"

"Shit!" tanpa sengaja lelaki itu menyentakkan tangan si gadis yang nampak cukup terkejut. "Itu artinya aku jauh dari rumah dan ibuku akan menghabisiku!" Niall mulai panik. Ia lebih nampak seperti berkata pada dirinya sendiri.

Hana terdiam sejenak memerhatikan kelakuan lelaki yang terkenal heboh, populer, penuh canda tawa, dan tidak pernah mau kalah ini. Ia tidak terlalu mengenal Niall selain nama dan cerita tentang kehebohan yang ia buat. Mereka berasal dari kelompok yang berbeda-populer dan terlalu biasa-biasa saja. Ia berpikir tingkah Niall amat lucu. Dan untuk beberapa alasan, ia ingin mencubit pipi lelaki itu lalu memeluknya amat erat seperti boneka beruang.

"Aku bisa mengantarmu pulang dengan mobilku," cetus mulut gadis itu tiba-tiba. "Tapi aku harus mengantar koran dulu," sambungnya cepat sebelum Niall sempat menyela.

Tanpa pikir panjang, Niall langsung meggenggam tangan gadis itu dan mengajaknya ke sebuah pick-up merah, yang ia yakin adalah mobil yang Hana maksud untuk mengantarnya. Niall tidak peduli apakah gadis itu aka nmegnatakan koran atau susu terlebih dulu-ia hanya ingin pulang sebelum ibunya kembali dari shift yang selesai pukul delapan pagi atau tidak akan ada video game atau bepergian malam lagi.

Niall melihat setumpuk koran di sudut bak pick-up, lalu perhatiannya teralihkan oleh koran yang melayang dari jendela mobil. "Kau melempar koran? Boleh aku coba?" tanya Niall dengan suara keras walau sebenarnya tidak perlu.

Meraih satu gulungan koran sembari mempercepat laju pick-up, Hana membalas, "Ya! Jangan terlalu keras atau pelan, ya, dan jangan mengenai ap-"

compass || oneshot requestTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang