Karena kalah dari Ben saat bermain Call of Duty, aku harus rela menggantikannya berbelanja malam ini.
"Jaraknya dekat, Lucas," tambah Mom. "Kau tidak perlu mengendarai mobil,"
"Jangan memanggilku Lucas," gerutuku sambil mengantungi uang yang diberikan Mom.
Tapi sebagai anak yang baik, aku tetap pergi.
Sebenarnya tidak ada yang salah dengan berbelanja (walau besok aku harus mengumpulkan pr bahasa Perancis). Tapi saat mengantre di kasir, wanita di depanku benar-benar membuatku kesal. Ia seorang wanita tua, dan seharusnya aku menghargainya. Namun ia membayar dan membawa belanjaannya lama sekali, dan aku menunggu sampai kakiku sakit. Aku baru dapat giliran membayar 20 menit kemudian, atau sekitar itulah.
Walau ternyata, bagian terburuknya bukan mengantre. Kini aku menenteng tiga kantung berisi belanjaan yang tidak ringan. Ditambah aku berjalan kaki.
"Belanjaan bodoh!" aku mengumpat saat peganganku tidak cukup erat, dan salah satu kantung belanja pun jatuh. Untungnya isinya tidak berhamburan.
Aku berlutut dan menenteng tas itu lagi, mencari posisi yang bagus supaya tidak terlepas lagi. Baru beberapa langkah berjalan, kudengar seseorang memanggil namaku.
"Luke!" sekarang apa lagi?
Aku menghela nafas kesal sebelum memutar tubuhku. Dan rupanya itu Christina.
"Lucky you didn't walk away," ia menghampiriku dengan nafas terengah-engah. Dan ia senang aku tidak meninggalkannya. "I see you've gone shopping,"
"Umm .. ya .. begitulah," aku berusaha tidak tergagap, namun siapapun akan tergagap dan gugup saat berbicara dengan Christina. Bahkan jika aku tidak menyukainya sejak tahun Sophomore pun, aku akan tetap lupa apa yang akan kukatakan saat bicara dengannya. She's beyond perfect, and what you call as hot.
"Kau mau ikut denganku, Luke?" ia bertanya.
Mom akan membunuhku jika aku tidak sampai di rumah lewat dari pukul sembilan, namun aku tidak bisa menyia-nyiakan kesempatan berdua dengan Christina. Di sekolah, hampir tidak mungkin mendekatinya karena ia selalu sibuk dengan tugas atau kegiatan klub jurnalistik. She's a straight A's student, and it's almost impossible to ask her out.
Tapi kenapa ia berkeliaran malam-malam begini?
"Kuanggap itu sebagai 'ya.'" Christina menggenggam lenganku, lalu mengajakku berlari.
Aku tidak payah dalam berlari, tapi kantung belanjaan ini menghambat gerakanku. Bahkan karena Christina menarikku dan aku harus menyesuaikan langkahku dengannya, aku menjatuhkan salah satu kantung belanja. Mati saja aku saat Mom tahu hal ini.
Seharusnya aku panik, tapi aku tidak mau Christina berpikir aku ini payah.
"Wait, wait!" aku berhenti dan membungkuk, menarik nafas. "Where are we going?"
"Berpetualang," Christina ikut menghentikan langkahnya, lalu menyentuh bahuku. "Aku minta maaf karena belanjaanmu jatuh, tapi aku janji ini akan jadi pengalaman yang tidak akan kau lupakan," ia memberiku senyum menawan sekaligus mematikannya itu. "We're breaking into school."
"We - what?"
"Jangan banyak bertanya, Luke! Ayo!" ia merebut kantung belanjaku dan meletakkannya di bawah lampu jalan. "Kita akan ambil benda itu setelah melaksanakan petualangan ini,"
Kami berlari dari satu blok ke blok lain sampai ke sekolah, dan aku berusaha untuk membungkam mulutku dan tidak menanyakan satu hal pun. Aku mengikuti Christina memanjak pagar sekolah dan bersembunyi dari penjaga sekolah. Dan rupanya, ia lebih lincah dari ninja yang biasa kulihat di film.
KAMU SEDANG MEMBACA
compass || oneshot request
Short Story"compass points you anywhere, closer to me." [ ] open [ x ] closed ©2015 by nabila