Prolog

4.9K 457 20
                                    

Selamat membaca!

Di tengah alun-alun, di bawah teriknya panas matahari.
Berkumpul para rakyat yang sedang menunggu seorang penjahat.

"Lama sekali, dimana Ratu terkutuk itu."
"Iya, lama sekali para pengawal membawanya!"
"Lamban sekali kerjanya para pengawal istana!"
"Itu wajar! Lihatlah lah Ratunya saja Ratu terkutuk.!"
"Kau benar!"

Suara-suara marah dan protes menjadi satu, rakyat yang marah karena masih saja sang Ratu belum muncul.

*Sementara itu di istana

Para pengawal berusaha menenangkan Ratu yang sedang menggila di istana.

"Tidak!! Aku tidak gila!"
"Ratu, anda harus ikut kami."
"Tidak! Lepaskan!"

Sang Ratu memberontak sejadi-jadinya, sampai membuat pengawal kewalahan.

"Bagaimana ini Komandan? Ratu masih tidak tenang juga." tanya salah satu pengawal.

"Bertahanlah sebentar lagi, Raja akan datang!"

Tak lama kemudian....

"Ratu!"
Seseorang memanggil dengan lantang.

"!!!"
Sang Ratu berhenti memberontak dan lari mendekati orang itu.

Sambil menangis, Ratu berlutut di hadapan sang Raja, sambil mengatakan "Raja, aku tidak gila."

"...." Sang Raja hanya diam melihat Ratu yang berlutut di hadapan nya. Bagaimana mungkin seorang Ratu berlutut?

"Aku tidak gila!!" teriak Ratu.

"Dengarkan aku Raja, aku ingin-"
ucapan Ratu di sela oleh Raja.

"Anda tidak gila Ratu..." ucap Raja dengan lirih, seakan juga tak ingin berpisah dengan Ratu.

"Kalo begitu aku tidak usah pergi ke kuil kan? kan Raja!!!" Ratu meninggikan suaranya.

Raja lalu berjongkok sambil memegangi tangan Ratu, tatapan nya seakan menahan tangis.

"Saya tahu..." ucap Raja sambil memeluk Ratu. "Tapi anda harus tetap ke kuil untuk menerima hukuman Ra- Argh!!"

"Raja!!!" para pengawal langsung memisahkan Ratu dan Raja.

"Raja, anda tidak apa-apa?"
"Astaga! Raja, perut anda berdarah!"
"Kalian, cepat bawa Raja ke kamarnya dan panggil dokter istana!"
"Baik!!"

"Berhenti..."

"Raja? Ada apa?"

Raja tak menghiraukan pertanyaan Komandan, ia langsung mendekati Ratu yang sedang di tahan oleh Pengawal.

"Ratu demi kebaikan mu, kau harus ke kuil. Setelah kau menjalani hukuman di kuil kau- uhh..." rasa sakit terus bertambah, darah sudah banyak keluar.

Pisau yang di tusukkan Ratu ke perut Raja ternyata sangat dalam.

"Raja, anda harus secepatnya ke dok-"

"Diam! jangan menyela ucapanku."

Raja mengelus kepala Ratu dengan lembut sambil menangis.

"Semuanya akan baik-baik saja, Ratu."

"...." entah keajaiban atau apa, Ratu benar-benar berhenti memberontak dan menangis sejadi-jadinya.

Semua yang ada disana, juga merasa tidak tega melihat sepasang kekasih ini berpisah. Tapi apalah daya, sang Ratu harus menjalani hukuman nya di kuil.

"Ratu, saya mencin-"

Bruk!!

"Raja!!"

Komandan dan pengawal langsung membawa Raja ke kamarnya untuk di obati.

Queen and Ten DisciplesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang