Eps 1: Permulaan

3.3K 354 12
                                    

Beberapa hari kemudian....

Beberapa hari kemudian, setelah berpindah dimensi. Ratu yang sudah masuk ke dalam tubuh anak manusia, mulai belajar menjalani kehidupan layaknya manusia.

"Susah ... manusia ini aku heran dengan mereka."

Queen menatap keluar jendela, banyak benda benda aneh berjalan dengan laju di jalanan.

"Benda itu di sebut mobil ...."

Banyak yang harus di pelajari, aku (Ratu) bahkan harus berpura-pura menjadi anak perempuan yang baik.

"Hah ...." Ratu menghela nafas, mulai sekarang ia akan hidup dengan nama 'Diana'.

"Diana ... Diana ... Diana ... Diana-" ucapan ku terhenti saat mendengar seseorang datang.

"Kenapa kau terus memangil namamu?" tanya seseorang yang baru saja masuk kedalam kamar Diana.

"Oh! kakak!" Diana berlari ke arahnya dan menyambut nya.

"Diana, ayo main ke bawah."

"Ayo!"

Diana dan kakaknya pergi kebawah untuk bermain.

"Hah, aku ingin istirahat saja di dalam kamar," ucap Diana dalam hati.

***

Aku mungkin harus bertanya beberapa hal di dunia ini, contohnya seperti perpustakaan pada kakak Diana.

"Kak .... "

"Kenapa?"

"Apakah disekitar sini ada perpustakaan?"

Kakak ku nampak terkejut mendengar pertanyaan ku. Apakah disini kata-kata perpustakaan itu sakral?

Astaga aku mengucapkan kata-kata terlarang!

"Diana, kau .... "

"Ma-maaf!!"

Aku langsung berlutut pada kakak Diana.

"...." Tak ada jawaban, aku melirik ke arah nya.

Wajahnya bertambah kaget? tidak. Kenapa raut wajahnya begitu aneh? seakan sedang menatap orang asing.

"Ka-kakak?"

"... Kamu itu sia-"

"Daniel!!"

"Ibu!"

Aku langsung bergegas mendatangi ibu, karena situasi aku dengan Danil yang canggung.

"Daniel? Diana? kalian kenapa?"

"Tidak apa-apa ibu, kan kak?" tanyaku berharap dia menjawab dengan baik.

"... iya Bu."

"Baiklah, kalo begitu ayo makan."

"Yeeyy, Diana mau makan ayam panggang."

"Hahaha, baiklah ayo sini."

***
Malam harinya, di kamar. Diana sudah tergeletak? dia seakan sedang ada di ambang kematian.

Susah sekali aku harus berpura-pura jadi Diana yang periang. Apalagi tatapan Daniel yang seakan sedang mencurigai ku."

Besok aku harus benar-benar tidak menunjukkan keraguan sedikitpun.
Aku harus tahan!

***

Hari ini rumah kami bersihkan full dan menata dengan rapi furniture nya.
Karena hari ini ayah Diana akan pulang dari bekerja luar negri. Aku bersyukur lahir di keluarga yang harmonis dan kaya raya begini.

Jadi aku tidak akan terlalu ingat kehidupan masa laluku.

Dua jam kemudian ....

"Kalian, siap siap ya. Ayah sudah datang!"

"Siap Bu!"
"Baik Bu!"

***

"Hallo anak anak dan istriku .... " ucap seorang ayah yang baru memasuki rumah.

Uh .... aku jijik mendengarnya tapi mau bagaimana lagi. Oke! senyum! senyum!

"Ayah!!"

"Oh! Diana si kecil ku!"

"Ayah, aku merindukan ayah!"

"Ayah juga Diana sayang!!"

Cup cup cup ....
Dia menciumi pipiku berkali-kali.

AAAAA HENTIKAN! teriak ku dalam hati, tapi aku harus tetap menahannya.

"Diana? Bibirmu kenapa seperti sedang menahan sesuatu?"

Dia tahu? Astaga! padahal aku sudah bertekad untuk tidak membuat curiga lagi.

"Tidak ayah .... " aku mengeluarkan suara manja.

"Diana hanya sangat merindukan ayah jadi...."

"Jadi, apa Diana?"

"Se- sebenarnya Diana juga mau...."

Aku melirik ke ibu dan kakak Diana untuk meminta bantuan, tapi ekspresi mereka malah berkata sebaliknya. Ekspresi mereka seakan berkata, 'jujurlah pada ayahmu'.

Dasar! aku mempertahankan hidupku ku disini.

"Sebenarnya Diana juga mau mencium pipi ayah!!!"

Hah!!! yah itu adalah gambaran yang jelas terpampang di wajah mereka bertiga.

Tapi tanpa pikir panjang aku langsung di arahkan ayah ku untuk mencium nya segera.

"Ayolah, Diana jangan malu-malu."

"Ba-baik..."

Cup....

"Hahaha!!" tawa ayah membuat ku kaget.

"Ke-kenapa tertawa?"

"Diana anakku, kamu sangat lucu."

"Ehhh!!"

Aku langsung pergi bergegas ke kamar dan menutup pintu.
Di luar aku mendengar mereka tertawa menertawakan aku.

"Sialan!!"

Aku menutupi wajahku dengan bantal.

***

Malam harinya ....

Kami berkumpul makan makan di ruang makan.
Sambil bercanda ria, ayah Diana selalu mengeluarkan lelucon yang menurut ku biasa saja.
Tapi kenapa ibu dan kakak tertawa? mereka kenapa? apakah itu lucu bagi mereka?

Belum sempat aku menemukan jawaban nya, kakak membisikkan sesuatu ke telingaku.

"Diana, pura-pura lah tertawa."

"Tapi kak, bukannya itu tidak lucu?" balasku juga sambil berbisik.

"Pura-pura saja, supaya ayah tidak curiga."

"Baiklah, aku paham."

"Bagus."

"Ehem!!"

"Ayah!" teriak kecil aku dan kakak ku.

Kamu kaget dengan ayah yang tiba-tiba bicara.

"Diana? apakah lelucon ayah tidak lucu?" tanyanya dengan wajah yang sedih.

"Eh! ti- tidak!"

"Lelucon ayah sangat lucu! hahahah!"

"Hahaha baguslah jika Diana juga menyukainya! ayo kita tertawa bersama!"

"Haha ayo!!"

Sialan dari lubuk hatiku. Selain harus tersenyum setiap hari, aku juga harus tertawa lagi sepanjang malam? Tidak!!! Selamatkan aku!!

Aku benar-benar berteriak di dalam hatiku, tetapi wajahku tetap masih saja tertawa. Layaknya orang bodoh.

***

Jam sudah menunjukkan jam sepuluh malam.

Aku mendesah di atas ranjang, memikirkan betapa beratnya hari-hari yang akan ku jalani kedepannya.
Aku belum setahun disini, tapi aku sudah sangat lelah.

"Rasanya mental ku akan gila ...."

Aku mulai menutup mataku dan tertidur....

***

Next

Queen and Ten DisciplesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang