Eps 47: Persiapan Pernikahan.

42 11 2
                                    

Selamat membaca!

*Cerita berfokus ke Felix*

Beberapa hari yang lalu Yeong bertanya pada Felix, kapan Felix akan menikahinya. Hal itu membuat Felix kepikiran, karna kerjaannya yang sangat banyak tersebut juga bisa jadi penghalang.

Akhirnya Felix kembali membicarakan hal pernikahan pada Yeong.

"... Aku, aku bisa menunggu."

"... Pekerjaan ku tidak akan berubah, beberapa hari yang lalu, Queen memberikan ku sebuah promosi ke Amerika, aku akan tinggal diselama selama ....." Felix menggantungkan ucapan nya, ia merasa tidak enakan pada Yeong.

"Begitu yah...." raut ekspresi kecewa tersirat di wajah Yeong.

"... Hah." Felix menghela nafas besar, ia menutup matanya cukup lama. Yeong mengira Felix tidur, padahal Felix sedang memikirkan tentang promosi atau pernikahan.

"Felix?"

"...hmm?"

"Tidak usah di pikirkan aku tidak apa-apa."

"Mana mungkin kau tidak apa-apa," pikir Felix dalam hati. Ia beranjak dari sofa dan mengambil hpnya dan menelpon Queen.

Felix curhat pada Queen tentang masalahnya. Queen mendengar dengan tenang tapi serius soal masalah Felix. Cita-cita Felix adalah mendapatkan promosi ke Amerika, karena yang dulu dia gagal ikut, sekarang ada tiket lagi, tapi Yeong ingin segera pernikahan.

Felix tidak nyaman meninggalkan Yeong ke Amerika setelah pernikahan, tapi ini kesempatan kedua yang sangat langka di berikan oleh Tuhan pada Felix.
Disisi lain, Felix juga tidak enak menunda pernikahan ini, karena perut Yeong juga makin membesar.

"Jadi Queen, saya harus bagaimana, saya...." hati Felix jadi kacau, ia harus memilih antara cita-cita atau kewajiban.

"... aku." Queen tidak melanjutkan ucapannya, ia berpikir sejenak.
Keduanya sama-sama penting.
Sebagai seorang wanita, rasanya tidak cepat di nikahi itu membuat hati gelisah. Di tambah Yeong yang sedang mengandung itu harus di jaga, tidak boleh stress hanya karena masalah pernikahan yang selalu di tunda dan cita-cita Felix.

"... sebelum itu aku bertanya, umur Felix berapa?"

"Umur saya? saya 22 tahun."

"Yeong?" tanya Queen pada Yeong.

"Saya 19, tapi beberapa hari lagi saya akan ulang tahun ke 20."

"Kenapa Queen?" tanya Felix.

"... Promosi itu...."

"Ya?" Felix menunggu jawaban Queen dengan gugup, apapun jawaban Queen ia akan menerima nya.

"Batal!!" ucap Queen tiba-tiba.

"Tidak, Queen, jangan demi saya, Felix mengorbankan cita-cita nya."

"... Yeong, aku tidak apa-apa."

"Tapi, Queen."

"Keputusan ku tidak berubah, tapi."

"???"

"Felix kau akan tetap melakukan promosi."

"Ya? Bagaimana caranya?"

"...."

"Queen?"

"Felix kau harus tidur cepat, tidak baik begadang."

"Tunggu Queen jawab dulu pertanyaan say-"

Tutt-Tutt-Tutt

"Aneh." Pikir keduanya.

.........................

*Rumah Ryan*

"Kenapa anda tidak bilang saja Queen?"

"Bilang apa?"

"Bahwa, Felix tidak bisa mendapatkan promosi lagi."

Lagi-lagi Queen tidak menjawab pertanyaan Ryan, ia hanya tersenyum misterius.

"... Lagi-lagi, ada yang di sembunyikan."

"Ryan, atur pernikahan Felix, aku ingin seminggu kemudian, pernikahan sudah di gelar, lebih cepat lebih baik." ucap Queen pada Ryan.

"...Ya, baik."

....................................

Keesokan harinya, Felix mendapatkan pesan dari Ryan, bahwa pernikahan nya akan di gelar seminggu kemudian.

"Jadi kau harus bersiap-siap dari sekarang." Ryan isi pesan.

"... benar-benar deh." gumam Felix.

Ia libur bekerja di rumah sakit selama 2 Minggu, untung mempersiapkan semuanya bersama yang lainnya.

"Tunggu, aku juga ingin membantu." ucap Yeong melihat Felix sibuk sendiri.

"Jangan, kau temani Dane saja, ini bisa aku urus, kau bantu aku memilih gaun saja nanti." Felix mengusap kepala Yeong dengan lembut, ada  senyum tipis di bibirnya Felix.

.............

"Ckck, kau harus membayar ku kau tau?" ucap Kouji pada Felix di telpon.

"Memangnya kapan aku tidak membayar mu?"

"Hmm, gak ada sih, tapi baiklah."

Karena Ryan sibuk dengan urusannya, ia hanya bisa bangu menyiapkan dasar-dasar nya saja, sedangkan soal yang lainnya di bantu oleh Zen, Kouji, Hitomi serta Seok.

"Aku sudah mengirimkan gaun-gaun yang sedang tren, serta tema pernikahan yang kau pesan," ucap Kouji yang masih menjelajahi mencari tukang kosmetik handal.

"Tapi kenapa gak cari sendiri aja sih?" tanya Kouji heran, pekerjaan nya adalah hacker bukan pencari busana segala macam.

"Kami malas." jawab Felix.

"Hah?Kami?"

"Yap, K-A-M-I."

Terlihat Zen, Hitomi dan Felix sedang berjemur di pantai sambil menikmati pemandangan pantai.

"... Kalian! Queen kan sudah menyuruh untuk bekerjasa-"

"Aku membayar mu lebih nanti."

Mendengar itu Kouji terdiam sejenak, ia lalu langsung menutup telponnya dan lanjut mencari lagi-lagi.

"Kasian sih, tapi yah mau gimana lagi." ucap Zen yang sedang memakai kacamata hitam nya.

"Itu benar." sahut Hitomi di samping Zen.

"Kau, cewek kenapa ikut?" tanya Felix heran.

"Hah? Aku...." Hitomi melirik ke arah Zen sesaat.

"Aku cuma ingin ikut!" sahut Hitomi lalu pergi menjauh.

"... kenapa dia marah? Aku salah?" tanya Felix keheranan dengan sikap Hitomi.

"Biasalah cewek."

"Eh Zen, mumpung cuma kita berdua disini, kau tidak ada niat pacaran? Kau itu kan kebalikan nya dari Alex, banyak perempuan yang menyukaimu."

"Banyak? Mana mungkin, Alex lebih tampan."

"Bu-bukan begitu," Felix melirik ke arah burung Zen, lalu ke perut Zen.

"Cih, kenapa punyanya lebih besar, dan juga bukankah perutnya lebih berotot." ucap Felix dalam hati iri, bukan berarti burung miliknya kecil.

"Banyak yang menyukai mu, coba lihat." Felix menunjuk ke arah lain disana banyak wanita-wanita yang melirik ke arah Zen.

"Hhm?" Zen menoleh melihat ke arah wanita-wanita tersebut. Ia tidak tertarik dan kembali berbaring di bawah sinar matahari.

"... Dasar."

"Aku bukannya tidak ingin memiliki kekasih, tapi aku tidak yakin bisa menjaganya, tidak seperti mu yang sudah bisa menjaga wanita bahkan sudah memiliki anak." Zen mengangkat alisnya dengan wajah mengejek.

"...kau berani?"

"... Iya, kwkwkw." Zen berdiri dan menjauh dari sana.

Nextt!!!

Queen and Ten DisciplesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang