Eps 39 : "Kau tidak apa-apa?"

110 19 11
                                    

Selamat membaca!

*Kisah berganti (fokus) ke Alex & Fania*

Sepulang dari Jepang, aku langsung pergi lagi ke Amerika, buat sekolah.

"Alex! Kamu ini masih 1 SMA, dan juga kau itu ketua OSIS, kenapa kau selalu libur?" tanya kepala sekolah, selama Alex libur, anggota OSIS jadi kesusahan.

"Maafkan saya, untuk kedepannya saya tidak akan minta libur lagi," jawab Alex dengan tulus? TIDAK lah, mana mungkin!

..............................

Ada waktu 30 menit lagi sampai kelas mulai, setelah keluar dari kantor kepala sekolah, Alex langsung mencari Fania.

"Kau lihat Fania?" tanya Alex pada siswa yang lewat.

"Fania? Ah tidak lihat, akhir-akhir ini dia juga tidak masuk sekolah".

"Hah! Dia di bully? Lagi? Siapa yang ngebully?" tanya Alex langsung.

"Eh, ti-tidak." Siswa itu langsung lari takut.

"Ah, aku kehilangan kontrol, akhir-akhir ini...." gumam Alex kembali ke emosi nya yang biasa.

Akhir-akhir ini entah kenapa, Alex jadi sering menghawatirkan Fania, bahkan saat di Jepang, karna itu Alex membawakan Fania oleh-oleh dari Jepang serta Inggris.

"Fania, kau dimana? tadi kulihat ada tas nya, tapi dima-"

"Aduh!"

Seseorang tak sengaja menabrak Alex, orang itu tahu bahwa itu adalah Alex, ia langsung meminta maaf berulang kali pada Alex.

"Tidak apa-apa, eh kau tahu dimana Fania?" tanya Alex.

"Eh, Fania? dia tadi sudah pulang".

"Pulang? Tapi tasnya masih ada?"

"Tadi ada seseorang yang menjemput nya, dan...."

"Apa?"

Teman sekelas Fania itu bernama Rose, ia teman satu-satu yang di miliki Fania, saat Alex pergi ke Inggris, jadi Fania baru saja mendapatkan teman baru.
Rosa adalah anak pindahan, jadi dia gak tahu soal pembullyan yang di alami Fania.

"Tadi ku lihat ada pria paruh baya, yang membawa paksa Fania masuk kedalam mo-" belum selesai Rose berbicara, Alex langsung bertanya kemana mobil itu pergi.

"Eh, mobil nya aku tidak tahu," jawab Rose langsung, ia juga takut dengan Alex yang tiba-tiba mencengkram bahunya.

Walaupun baru pertama kali bertemu Alex, tapi Rose sudah tahu Alex itu ketua OSIS dan ia terkenal di sekolah nya.

"Kau bisa berikan ini pada kepala sekolah, aku harus mencari Fania," ucap Alex menyerahkan amplop dan langsung pergi keluar sekolah mencari Fania, menggunakan mobilnya.

"...." Rose nge-bug.

...............................

Entah kenapa, Alex menuju ke rumah Fania, ia punya firasat Fania ada disana.

*Depan rumah Fania*

"H0? Kok aku gugup?" tanya Alex bingung.

Tok tok tok...

"Kenapa tidak ada jawaban? Tapi ada sepatu Fania, coba ku ketuk lagi," Alex mengetuk berulang kali tapi tidak ada jawaban.

Alex hampir pergi, kembali ke sekolah, tapi tidak jadi, saat ia dengar ada benda keras berbenturan dari dalam rumah.

"!!" Alex kaget mendengarnya, tapi ia diam saja dulu.

"Kenapa ini? Kenapa dada ku?" Dadanya menjadi sakit, Alex memegangi dadanya, rasanya sesak. Seakan akan hatinya menyuruhnya mendobrak pintu tersebut.

"Sial! Nanti ku ganti!"

Brak!!

Pintu rumah Fania pun terbuka, membuat isi rumah kaget.

"Siapa kau!" tanya ayahnya Fania.

"Ah, saya Alex-, FANIA!"

Alex kehilangan kendali, saat ia melihat Fania di lantai dengan tubuh penuh lebam.

"Fan! Fan! Fani!!" teriak Alex tak perduli pada orang lain selain Fania.

Alex kehilangan kendali, maka yang terjadi:

"Kenapa? Siapa yang membuat Fania begini?" Alex menoleh ke arah ayahnya Fania, ayahnya sedang memegangi sebotol kaca wine.

Alex paham, ia langsung paham.
Keluarga Fania ini menyiksa Fania, bahkan ibu Fania sendiri diam saja melihat.

"Kenapa? Kenapa kau begitu! Dia anakmu!!" teriak Alex marah, ia memeluk Fania sambil duduk.

"Kau, datang kerumah ku dan merusak pintu ku, sekarang kau ikut campur, dasar!" ayah Fania ingin meninju Alex, tapi di tahan oleh Fania yang tiba-tiba bangun.

"Fan!"

"Alex... " hanya itu yang di ucapkan Fania, ia kembali pingsan saat tinju ayahnya mengenai pipinya.

"Alex, maaf..." kata Fania di telinga Alex, sesaat sebelum pingsan.

"Fan!!" Teriak Alex.

Alex mungkin tidak merasa, tapi saat Fania kembali pingsan saat melindungi nya, Alex menangis.

"Wah, anak lelaki ini menangis? Hahah Cemen!" ucap ayahnya Fania.

Mendengar ucapan ayah Fania, Alex menggenggam tangan nya marah.

"Kau! Tidak perduli kau siapanya Fania, jika berani menyakiti orang ku!" Alex mencengkeram kerah baju ayah Fania.

"Kau anak SMA saja berani macam-macam!" teriak ayah Fania berusaha melawan.
____________________________

Skip!

2 jam kemudian.

*Rumah Sakit*

Terlihat di salah satu ruangan, ada Alex yang sedang menunggu Fania di rawat.

Wajah Alex terlihat frustasi dan kekhwatiran jelas ada di wajahnya.

"Maaf, apakah tangan anda terluka?" tanah suster yang lewat.

"Eh?" Alex melihat ke arah tangannya ia baru sadar di tangannya ada darah.

"Bukan darah saya," jawab Alex lalu pergi membasuh tangannya.

"Dasar anak muda jaman sekarang," gumam susternya yang tidak tahu apa-apa.

_______________________

INGGRIS

Hotel Emerald

"Kau kenapa menangis, hm?" tanya Zen pada Alex di telpon.

Alex yang tiba-tiba saja menelpon Zen, dengan suara yang menangis membuat Zen khawatir.

"Hiks... Ah, itu te-teman ku... Hiks...." suara Alex tidak jelas, karna menangis.

"Alex, tenanglah, tunggu kau selesai menangis dulu, jangan matikan telepon nya," ucap Zen paham.

"I-iya".

Next!!

*Maaf eps nya amburadul yah guys* 🙏

Queen and Ten DisciplesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang