Eps 4 : Daniel

1.4K 139 11
                                    

Selamat membaca!!

Di dalam pelukannya, aku merasa tenang dan nyaman. Aku mencoba melupakan sebentar mimpi menyakitkan tadi.

***

Aku tertidur sangat pulas, saat bangun ternyata sudah sore.
Daniel ada di sampingku berbaring sambil masih memeluk ku.

"... Terimakasih sungguh, kau kakak yang baik."

Perlahan aku bangun, supaya tidak membangunkan nya.
Aku melihat tangannya yang memucat karena darah yang tidak mengalir teratur karena tertindih oleh kepalaku.

"... Andai aku bisa menggunakan kekuatan ku disini, walaupun hanya sedikit."

***

Setelah mandi, aku turun kebawah melihat ayah ibu.

"Sudah bangun sayang?"

"Iya, tadi aku tidur di pelukan kakak."

Ayah dan ibu tertawa kecil mendengar itu. Dari ekspresi mereka nampaknya mereka tau kejadiannya.

Kembali ke beberapa jam yang lalu...

Saat Diana sudah tertidur pulas di pelukan Daniel. Ayah dan ibunya masuk untuk melihat mereka.

"Apa yang terjadi? kenapa belum turun untuk makan?" tanya ayah sambil menatap Diana yang masih tertidur.

"Ayah, nampaknya Diana sangat kelelahan. Jadi, aku membiarkan dia untuk tidur lagi," jelas Daniel.

"Tapi tidur terlalu banyak juga tidak baik untuk Diana."

"Sayang, biarkan Diana tidur."

"Tapi ...."

"Dia pasti kelelahan, wajar di umur segitu. Sesekali banyak tidur tidak apa-apa," ucap ibu.

"Baiklah sayang."

"Daniel, kamu mau makan dulu? biar ibu yang menjaga Diana."

"Tidak usah Bu, aku ingin menjaga Diana."

"Baiklah. Ibu akan mengantarkan makanan nya ke sini saja."

"Tidak usah, jika Diana saja belum makan aku juga akan begitu," ucap Danie tegas.

"Daniel ... baiklah."
Ibu menghela nafas  tapi didalam hati ia juga senang melihat keakraban anaknya.

"Kalo begitu, kami berdua turun kebawah untuk makan duluan ya."

"Silahkan Ayah dan Ibu makan duluan."

****

*Kembali ke masa sekarang*

"Diana, kakak mu sayang menyayangi mu kau tahu."

Ibu berjalan mendekati ku lalu mengelus kepala ku.

"... Aku tau Bu, kak Daniel adalah kakak yang baik."

"Ayo makan dulu, kamu harus makan yang banyak."

"Itu benar. Dari pagi kamu tidak ada makan apa-apa," ucap ayah.

"Baiklah."

"Kakak bagaimana?"

"Dia masih tertidur, ibu tidak tega membangunkannya."

"Biar ayah saja."

Ayah lalu berdiri dari kursinya dan menuju ke kamar ku untuk membangun Daniel.

Jujur, didalam diri sendiri aku bingung dengan diriku.
Kadang-kadang aku menyebut Daniel dengan sebutan kakak kadang-kadang juga aku langsung menyebut namanya saja.

Kenapa ini? apakah aku mulai terbuka dengan keluarga ini?

Aku biasanya tidak akan menyebut orang asing sebagai kakak.

"Diana kenapa melamun?"

"Eh, tidak Bu."

"Kalo ada masalah bilang ke ibu ya."

"Tentu saja."

Aku lalu memakan makanan di depan ku dengan lahap.

***

Tak lama setelah aku selesai makan. Daniel turun dari kamar atas bersama ayah.

Lama sekali ayah membangun kakak.
Eh, aku barusan menyebutnya kakak di dalam hatiku?

Ah, sial.

Aku berusaha memasang ekspresi layaknya seorang adik yang sedang menyambut kakaknya.

"Kakak!!"

Aku berdiri dari kursi makan berlari kecil menuju Daniel.

"Diana ...." Ia mengelus elus rambutku dengan lembut.

"Kakak bagaimana tidur mu?"

"Tidur ku sangat baik-"

Bruk!!!

Eh!!

"Kakak!!"

"Tenanglah Diana, kakak mu hanya sedang belum fokus."

"Belum fokus?"

"Dia selalu begini, saat bangun tidur panjangnya dia akan pingsan sejenak alias tertidur lagi."

"Ehhh ...."

Aku sungguh baru tau, karena selama ini aku selalu menghindari nya.

Ayah lalu mengangkat Daniel ke sofa di depan tv dan menidurkan nya disana.

Kata ayah dia akan bangun beberapa menit lagi.

Ibu memarahi ayah yang membangunkan Daniel dengan kasar.

Kasar?

"Sayang! kamu tau Daniel itu harus di bangunkan pelan-pelan."

"Aku sudah begitu, tapi dia tetap tidak bangun bangun."

"Jadi?"

"Ya jadi aku memukul pant*t nya dengan keras."

"Sayang!!"

"Iya-iya aku nanti akan minta maaf ke Daniel. Sudah, jangan marah lagi ya ...."

"Huh ...."

Astaga mereka seperti pasangan yang baru menikah saja.

"Hhmmm ...."

Aku berbalik ke arah suara, ternyata Daniel sudah mulai bangun.

Aku pelan-pelan mendekati nya lalu menatap nya. Nampaknya dia terkejut tapi aku mengabaikan nya.

"Kak, ibu dan ayah sedang bertengkar kecil. Ayo kita lari ...."

Ekspresi nya Daniel bertambah terkejut. Ia melirik ke arah ayah dan ibu bertengkar.

Ayah yang sadar, ia melihat ke arah kami.

Astaga dia datang, nampaknya aku akan melihat adegan yang harusnya tak ku lihat.

Daripada aku, nampaknya Daniel lebih ingin lari.

Hhmm tapi entah kenapa aku tidak ingin membiarkan dia lari.
Saat Daniel bangun dan ingin berlari, aku diam-diam menarik bajunya.

"Aaaa!!"

Bruk!!

Ah sialan, nampaknya dia jatuh dengan keras.

"Diana!!" wajah nya memerah kesal.

"Daniel, kah tidak apa-apa? kenapa terjatuh?"

"Aku ditarik- hah .... "

Daniel tidak melanjutkan ucapannya, ia mengacak-ngacak rambutnya sendiri kesal.

Ayah tak memperdulikan itu lalu langsung menciumi pipi Daniel dengan gemas. Sambil meminta maaf soal tadi.

Aku merasa aneh rasanya melihat ini, tapi aku menikmati nya hahaha.
Apalagi ekspresi Daniel yang seakan-akan ingin menerkam ku nanti.

***

Nextt!!

Queen and Ten DisciplesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang