Eps 28: ANAK INDIGO

93 36 19
                                    

Selamat membaca!

Arjan dengan gugup menunjuk ke arah pojokan rumahnya, aku menoleh ke arah pojok, hanya ada beberapa alat pembersih yang sudah usang dan disana bisa dibilang cukup berdebu.

"Gak apa apa?" tanya ku sambil menoleh ke arah Arjan lagi.

"Maksud saya, disana ada yang marah...." Arjan mendekati pojok rumahnya, dan mengambil alat pel yang sudah rusak dan menunjukkan nya pada ku.

"Eh? Buat apa?"

"Ini, didalam pel ini ada orangnya," jawab Arjan gugup, aku akhirnya paham maksudnya.

"Eh, kenapa dia marah?" tanya ku sambil senyum tipis.

Arjan lalu menoleh ke arah alat pel itu dan berbicara menggunakan bahasa yang tidak ku pahami.

"... dia bilang dia tidak suka Queen ada disini,"jawab Arjan tak enakan.

Sedikit terkejut, aku mengambil dengan pelan alat pel itu, ternyata saat ku  pegang alat pel yang sudah tidak terpakai itu, memiliki aura yang panas.

"Siapa namanya?" tanya ku pada Arjan.

"Kila".

"Baiklah.... Kila, berapa umurmu?"

"....."

Dia tak menjawab, jelas-jelas tadi aku mendengar suara seseorang bergumam dari arah alat pel.
Aku menoleh ke arah Arjan, ia langsung mengambil alat pel itu dan melemparkannya ke lantai.
Aku kaget melihat itu tapi aku diam saja dulu.

Tepat setelah Arjan melempar kan pel itu ke lantai, terdengar suara orang berteriak, walaupun hanya sebentar.

"Arjan kenapa?"

"Dia berani tidak menjawab pertanyaan Queen, itu termasuk kejahatan!" jawab Arjan sambil melototi pel itu.

Hah? Kejahatan? Astaga Arjan kau berlebihan sekali....

Terdengar Arjan berbisik-bisik dengan pel itu, tak lama setelah itu alat pel itu bangun sendiri dan bergerak kembali ke tempat pojok rumah.

"!!!" Aku kaget melihatnya, tapi aku tidak takut.

"Queen maaf, dia mengira anda orang jahat, makanya dia begitu, tapi saya sudah bilang, kalo anda itu bukan orang jahat, jadi...." setelah Arjan berucap,suhu di ruangan kembali normal.

Panas yang menyengat tadi, langsung hilang.

"Arjan, berapa orang di rumah ini?" maksud pertanyaan ku adalah ada berapa mahluk halus di rumah Arjan.

"Di dapur ini satu, di kamar, kamar mandi, depan rumah, ruang tamu, di atas atap".

Ada 6 ternyata, di tambah penjaga Arjan jadi 7.

"Tapi hanya si Kila yang marah saat anda datang, penghuni lainnya tenang tenang saja, Queen sekali lagi maaf...."

"Tidak tidak apa-apa! Lagian kan Arjan pasti kesepian dirumah besar ini sendirian, jadi Arjan harus memiliki banyak teman," aku tahu bahwa Arjan lebih suka berinteraksi dengan mahluk halus dari pada manusia.

Karna itu ia memelihara beberapa dirumahnya, untuk menemaninya dirumah. Memang sih rumah Arjan ini besar dan sunyi, tapi itu bagiku! Bagi Arjan mungkin ramai, terlihat dari ekspresi nya yang tidak seperti dulu, seperti nya teman barunya itu baik. Syukurlah....

__________________

Setelah selesai makan bersama Arjan, aku pergi ke lantai atas rumahnya dan duduk di samping jendela.
Angin berhembus dari jendela, burung burung berkicau dari arah belakang, itu adalah burung pemberian ku pada Arjan.

"Dia merawatnya dengan baik," gumam ku tersenyum senang, senang rasanya saat pemberian mu itu di perlakukan baik oleh si penerima.

Hanya beberapa menit aku merasakan kedamaian, entah kenapa aku merasa ada yang mengganggu ku. Aku melepas lensa mataku, beserta wig yang ku pakai.

Terpampang lah dengan jelas rambut hitam ikal yang cukup tebal, serta mata yang berwarna merah darah.

Aku mengambil cermin kecil di dalam saku ku. Ku lihat seorang remaja berumur 15 tahun, dengan mata berwarna merah darah, di tambah rambutnya itu benar-benar membuat nya ANEH!

Aku sengaja melepas lensa mata ku, karna aku merasa ada yang mengganggu ku, aku bisa melihatnya jika lensa ku, ku lepas.

Aku menoleh ke samping, dan benar saja, ada seorang perempuan paruh baya, dengan tangan yang berjumlah 4. Hanya tangan nya itu yang tidak wajar bagiku, yah namanya juga mahluk halus.

Red Eye: memiliki banyak rahasia, bagi penggunanya.
Salah satu fungsinya adalah, pemiliknya dapat melihat mahluk halus tanpa membuka mata batin. Hampir mirip seperti mata anak indigo, tapi Queen bukanlah anak indigo, matanya berbeda dengan mata Arjan, mata Queen lebih spesial.

Aku menatap datar perempuan bertangan empat itu, ia tak sadar bahwa aku bisa melihatnya, itu karna red eye, di mata mahluk halus mata ku hanya mata biasa, tapi aku benar-benar bisa melihat dunai lain, tanpa ketahuan.

Tentu saja memiliki beberapa efek samping, dan bisa berakibat fatal jika sering digunakan, karna itu aku selalu menutupi mata ku dengan kain putih atau dengan lensa.

Perempuan itu memperhatikan diriku dengan seksama, apakah dia teman Arjan? atau mahluk lain yang hanya lewat?

Ah ,aku tidak perduli dengan perempuan itu,aku hanya ingin melihat penampilan nya tadi. Aku mengambil lensa mata ku lagi, dan memasangnya kembali. Aku menutup mata ku, ingin tidur sejenak. Sambil menunggu Arjan selesai mandi.

Bersambung!!!

See you! Comen
dan vote yah!

Hargai gw sebagai pengarang dengan cara vote dan comen

Queen and Ten DisciplesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang