Eps 5: Ulang Tahun Daniel

960 118 4
                                    

Selamat membaca!

Dua hari kemudian setelah kejadian aneh itu. Aku dan Daniel sudah berbaikan, dia memang baik.

"Din, kenapa melamun?"

"Eh tidak, aku hanya sedang memikirkan sesuatu."

"Memikirkan apa?" tanya Daniel dengan raut wajah khawatir.

Aku benar-benar merasa tertekan melihat dia yang berekspresi terlalu khawatir itu. Padahal, aku hanya memikirkan hal biasa.

"... Aku sedang memikirkan ulang tahun mu."

Ekspresi Daniel langsung berubah dari khawatir menjadi malu-malu kucing.
Lucu sekali ucap ku melihat nya.

"A-aku tidak apa-apa! tidak usah dipikirkan!"

"Tapi aku ingin membuat ulang tahun Kakak jadi spesial."

/Blush

Wajah Daniel tambah memerah, seperti sudah matang.

Saatnya di angkat ke piring, hahaha.
Aku bercanda.

"Ba-baiklah jika Diana memaksa," ucapnya sambil memalingkan wajahnya.

***

Setelah mempelajari tentang dunia ini, aku juga tak lupa ikut mempelajari cara menggunakan ponsel.

"... Ini memang alat yang sangat bagus!"

Siapapun yang menciptakan ini benar-benar orang yang hebat.
Bisa berkomunikasi dan melihat wajah orang. Banyak lagi kegunaan nya.

"Jika ini ku bawa ke dunia fantasi pasti para rakyat akan sen-"

Ah ... untuk apa aku memikirkan itu?

Ceklek
Suara pintu kamar ku dibuka.

"Diana?"

"Eh, Ibu? Ayah? kenapa malam-malam begini belum tidur?"

"Diana ada yang ingin kami bicarakan dengan mu."

***

Tengah malam, ayah dan ibu membawa ku keruang tamu. Ekspresi mereka berdua terlihat sangat serius.

Kenapa ini?

Kami bertiga duduk di sofa, ibu memegangi tangan ku sambil tangannya gemetar.

"Ibu kenapa?"

Aku juga tak bisa menyembunyikan ekspresi penasaran ku.

"Diana, sebenarnya ada hal penting yang ingin kami bicarakan," ucap Ayah dengan nada yang aneh.

"Hal penting apa Ayah?"

Ini pasti tentang ulang tahun Daniel kan? aku yakin.

Tapi kenapa ekspresi mereka begitu, seakan sedang menahan sesuatu yang sakit.

"Diana, kamu mungkin mengira ini tentang ulang tahun kakakmu. Tapi, bukan sayang ...." Ibu menundukkan kepalanya seperti sedang menahan tangis.

"Jadi, tentang apa Bu?"

Ekspresi ku juga mulai berubah khawatir. Aku merasa peka akan situasi ini, ini sering ku alami di kehidupan pertama ku.

Saat perang tiba-tiba dari pihak musuh, semua menteri akan menjadi ketakutan.
Mereka takut kita akan kalah perang karna kita hanyalah sebuah kerajaan yang kecil. Kekuasaan yang kecil akan menyebabkan kita kalah dari pihak yang kekuasaan nya lebih besar.

Dan ekspresi mereka berdua sangat mirip dengan para menteri itu.
Apa ini? perang? jangan! kumohon jangan!!

Ayah maju ke hadapan ku. Ia duduk di lantai yang dingin. Sementara ibu di samping ku terus memegangi tangan ku sambil gemetar. Kepalanya tetap menunduk kebawah.

"Diana, sebenarnya ...."

Ayah menceritakan semuanya, aku hanya bisa mendengarkan nya tanpa bisa berkata sedikit pun.
Ibu juga hanya terus menahan tangisnya.

"!!!"

***

"Diana, kami berdua sangat egois. Maafkan kami melimpahkan semua beban ini padamu."

"...."
Aku tidak bisa menjawab, hanya termenung dengan ekspresi terkejut ku.

"Diana, maafkan kami sayang."

"... A-aku ....."

Sialan! kenapa mulut ku seakan terkunci.
Aku tidak bisa menjawab mereka, aku ingin bilang bahwa aku akan melakukan seperti yang mereka mau.

"Diana sayang!!!"

Ibu dan Ayah langsung memelukku. Kami berdua menangis dengan pelan, supaya Daniel tidak terbangun.

"Maafkan kami sayang...."
"Maafkan kami sayang...."
"Maafkan kamu sayang...."

Kalimat yang sama terus berulang kali terucap dari mulut Ayah dan Ibu.

Next!!!

Queen and Ten DisciplesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang