Candu | 36

440 47 0
                                    

Happy Reading~~

Now Playing | NCT U - Resonance

Now Playing | NCT U - Resonance

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

🐰🐰🐰
Aku kesal. Tapi terlalu bodoh karena masih menunggu kabarmu.
Atau bukan karena bodoh tapi terlalu cinta.
Oh. Beda tipis ternyata.

Seina Himeka Xaquila
🐰🐰🐰

Aku melangkah masuk ke dalam rumah dengan langkah pelan, perutku tiba-tiba bergejolak, kakiku gemetar, aku sampai berpegangan pada tembok untuk membantuku berjalan.

"Ibu... Bang..." Panggilku lirih karena sudah tidak bisa mengeluarkan suara keras.

Aku merosot di lantai sambil memegangi perutku. Rasa mual juga keringat dingin menghampiriku.

"SEI? Kenapa?" tanya bang Dalvin panik.

"Perut, Sei sakit bang," ucapku sambil terisak. Untung saja setelah sampai di rumah sakitnya seperti ini.

"Ibu, Bilal," panggil bang Dalvin keras kemudian mengangkatku membawaku ke kamar.

Aku sudah lelah. Tidak kuasa menahan sakit ini.

"Bang, Sei gak kuat," aduku pada bang Dalvin.

"Gak pa-pa Sei, kamu kuat," ucap bang Dalvin menenangkanku. Raut wajahnya sangat khawatir, tatapannya menyorot teduh.

"Seina? Kenapa nak?" Ibu datang disusul bang Bilal dibelakangnya yang juga terlihat sama paniknya.

"Perut Sei sakit banget, Bu," aduku sambil menangis.

Ibu mendekat kemudian mengurut perutku, mengoleskan minyak kayu putih disana.

"Sei gak tahan lagi, sakit banget. Kepala Sei juga pusing Ibu," aku meraung tertahan. Aku kembali mual rasanya ingin muntah tapi tidak bisa.

Mata ibu berkaca-kaca sambil terus mengurut perutku. Bang Dalvin dan bang Bilal ikut menenangkanku mengusap rambutku dan memijit jemariku. Aku rasanya sangat lemah.

"Kita ke dokter aja?" tawar bang Bilal.

"Gak mau," tolakku yang sudah sesenggukan.

"Bil, masakin bubur buat Seina dulu," suruh bang Dalvin yang langsung dituruti bang Bilal.

"Kenapa bisa sakit perut, Seina?" tanya Ibu. Aku dapat merasakan tangannya ikut bergetar.

"Gak tau, Bu," jawabku. "Sakit banget," keluhku diiringi tangisan.

"Ya Allah, Sei," ucap bang Dalvin sambil menghapus air mata di pipiku.

"Sakit, bang," keluhku.

"Iya. Iya abang tau," sahut bang Dalvin. "Minyak kayu putih gak mempan Bu?" tanya bang Dalvin.

CANDU [END✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang