Candu | 16

642 62 1
                                    

Happy Reading~~

Now Playing | NCT DREAM - 1,2,3

🐰🐰🐰Terima kasih Neo, sudah memilihku

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

🐰🐰🐰
Terima kasih Neo, sudah memilihku.

Seina Himeka Xaquila
🐰🐰🐰

Aku sudah seharian berdiam diri di kamar, membaca marathon novel yang sudah berhari-hari ku abaikan.

Ibu bahkan sudah berkali-kali menyuruhku untuk makan, tapi aku belum lapar sama sekali.

Sudah pukul 19.30 WIB, tapi aku masih bergelut dengan novelku, sudah dua novel yang ku tamatkan. Ini novel ketiga yang ku baca. Aku memang segila itu jika membaca novel. Bosan? Aku belum pernah bosan membaca novel.

Aku sedari tadi mematikan ponsel, karena tidak ingin diganggu oleh Zooey, Kay ataupun Neo yang tadi sempat membuatku kesal sampai aku harus mengembalikan moodku dengan membaca.

"Seina! Ya ampun. Ini sudah jam berapa, kamu masih di kamar rebahan terus. Mau buta mata kamu membaca sambil tiduran gitu?" teriak Ibu yang baru saja membuka pintu kamarku dan menemukan aku yang masih asik dengan novel-novelku.

"Ibu kok ngomong gitu sih, nyumpahin Seina." balasku lalu membangkitkan diri dari rebahan dan menyandarkan punggungku di sandaran ranjang.

"Ya gimana, kamu dari pulang sekolah gak makan, malah rebahan terus." omel Ibu yang sudah ku tahu bakal panjang.

"Belum laper, Ibu." sahutku dengan suara kecil, karena sejujurnya aku sudah lapar sedari tadi, aku hanya membela diri saja.

"Yaudah, gak usah makan sampai besok! Gimana gak kerempeng kalo kamu makan aja susah!" tuhkan, jika aku tidak mengalah maka omelan itu akan semakin panjang, bahkan suara Ibu sudah menandingi suara mesin kerja bang Bilal.

"Iya! Seina mau makan sekarang." kataku lalu turun dari ranjang.

"Gak usah! Lanjut rebahan lagi aja!" tahan Ibu saat aku sudah berada di ambang pintu.

Aku menghentakkan kaki, "Ibu..." ucapku merengek dan Ibu tertawa.

"Kamu tuh susah banget dibilangin." Ya Allah, udah mau makan tetap saja masih diomelin.

"Ibu masak apa?" tanyaku mengalihkan, telingaku sudah cukup panas mendengar mesin kerja bang Bilal yang tidak ada berhentinya, aku tidak mau menambahnya dengan mendengar suara omelan Ibu.

"Ibu gak masak apa-apa." kata Ibu yang seketika membuatku menghentikan langkah menoleh pada wanita paruh baya itu.

Aku melotot tidak terima, "Jadi ibu nyuruh aku makan apa? Batu? Pasir? Tanah?"

"Ibu emang gak masak apa-apa, tapi dia tuh dari sore tadi sibuk di dapur." jelas Ibu, pandangannya tertuju pada orang yang sedang duduk di sofa depan televisi, dia sedang menonton.

CANDU [END✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang