25. Rooftop

279 50 0
                                    

Nasha, Vika, dan Manda baru saja keluar dari ruang aula menuju kelas karena Vika telah selesai mengikuti lomba melukisnya. Jesslyn tidak ikut dengan mereka lantaran dia anggota osis yang mengurus bagian lomba melukis, jadi dia harus tinggal dulu di aula bersama anak osis lainnya.

"Wah gak nyangka aku, Vik, lukisan kamu keren banget, keren lagi kalau kamu lukis wajah aku yang mengandung banyak madu ini," puji Nasha pada Vika sekaligus dirinya sendiri.

"Sejak kapan mukamu jadi sarang lebah?" balas Vika menahan tawa.

"Ihh, bukan gitu maksudnya. Mengandung madu maksudnya manis gitu," jelas Nasha.

Vika terkekeh. "Muka kamu gak manis, Sha. Sejauh yang aku tau, tanda dari sesuatu itu manis adalah dengan adanya semut yang menyerbunya, nah semut di muka kamu mana?"

Nasha menggembungkan pipinya. "Kalau ada semutnya, yang ada mukaku jadi bentol-bentol kena gigit."

Manda hanya terkekeh mendengar dua sahabatnya itu bercekcok.

"Tapi kamu bisa gak lukisin muka aku?" tanya Nasha mengganti topik.

"Gak mau," jawab Vika santai.

"Ciee gak mau, gak bisa 'kan?" ledek Nasha.

"Wah, anda jangan meremehkan saya begitu. Alasan aku gak mau gambar muka kamu ataupun muka muka lainnya itu karena banyak hadits dari Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam yang melarang untuk melukis makhluk hidup bernyawa. Kalau aja lomba yang tadi itu disuruh ngelukis makhluk hidup bernyawa, udah pasti aku gak ikut, untung aja temanya alam," jelas Vika.

"Hah? Gak boleh, ya? Terus gimana sama yang fashion designer yang harus gambar baju sama manusianya buat bikin desain?" tanya Nasha mengernyitkan alisnya.

"Ya itu gak masalah selagi mereka gak gambar manusianya secara utuh. Misalnya mukanya dipolosin aja, atau gak usah dikasih kepala, terus jari tangannya gak digambar secara detail, intinya gak digambar utuh gitu. Fashion designer kan tujuannya buat ngedesain baju, bukan buat melukis manusia. Fashion designer itu sebenarnya cita-citaku juga, doain ya."

"Iya, semoga cita-cita kamu terwujud dan jalannya dipermudah oleh Allah Azza wa Jalla, Aamiin," ucap Nasha.

"Aamiin," sambung Manda dan Vika bersamaan.

"Jadi, konsepnya itu hampir sama kaya patung gitu, ya? Sejauh yang aku tau, bikin patung itu boleh-boleh aja asalkan bukan patung makhluk hidup bernyawa kaya manusia atau hewan, dan bukan untuk diagungkan atau disembah. Kalopun patung-patung yang buat majang baju itu, gak jadi masalah selama gak di bikin utuh. Misalnya cuma sepinggang doang tanpa kepala, atau kakinya aja, atau juga cuma kepala aja buat majang hijab, asalkan muka patungnya dipolosin" ujar Nasha nampak berpikir.

Manda mengangguk. "Iya bener, Sha. Persoalan membuat patung, tidak berhenti hanya sekedar sebagai persoalan fikih saja, tetapi berlanjut sampai pada persoalan aqidah. Karena hanya Allah lah yang memiliki kekhususan untuk menciptakan makhluk-Nya dengan bentuk yang terbaik. Melukis atau mematung berarti upaya meniru ciptaan Allah. Masalah ini juga berkaitan dengan akidah dari sisi bahwa terkadang patung-patung itu menjadi sesembahan selain Allah. Hal ini lah yang membuat patung atau lukisan sesuatu yang bernyawa itu dilarang. Jadi, gak masalah kalau melukis atau mematung pohon-pohon misalnya, atau benda mati lainnya yang tidak ada ruh didalam benda itu dan tidak untuk dikhususkan atau diagung-agungkan," lanjut Manda.

Nasha dan Vika mengangguk tanda mengerti.

"Oya, pengumuman pemenang lombanya kapan, Vik?" tanya Nasha.

"Nanti nunggu hari kamis, lomba-lomba lainnya juga di umumin hari itu," jawab Vika.

"Keknya Vika menang, deh, soalnya keren banget tadi," ujar Nasha dengan wajah serius.

Life Is Boring (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang