21. Kenyataan Pahit

360 54 2
                                    

"Mungkin, sekarang sudah waktunya kalian tau," ucap Manda dengan suara yang lirih.

Nasha, Jesslyn dan Vika bersamaan mengerutkan dahi, mereka menunggu Manda melanjutkan kalimatnya.

Manda tertunduk dalam sembari menatap buku diary biru yang barusan dia ambil dari laci mejanya.

"Dua bulan yang lalu, aku memiliki teman baru yang bernama leukemia, dialah yang mengajariku banyak hal hingga aku bisa berubah sejauh ini," jelasnya. Tangan kanannya membenarkan posisi sapu tangan yang masih terus menahan mimisannya.

"Leukemia?" serempak tiga gadis itu dengan mata melotot.

Manda mengangguk saja, pandangannya masih tertunduk. "Ya, kanker darah yang sudah memasuki stadium tiga," jawabnya.

Sontak perasaan ketiga orang itu langsung berubah campur aduk mendengarnya. Terkejut, tidak menyangka, dan sedih, ketiganya langsung mendominasi pikiran mereka sekarang.

Setelah diam beberapa saat, terdengar tawa kecil dari Vika. "Hahaha, masih kurang lucu, Mand. Kamu harus lebih banyak belajar melawak dari aku," ucap nya dengan tawa yang dibuat-buatnya itu.

"Mand, kamu ngeprank 'kan? Ini gak serius 'kan?" sambung Jesslyn dengan kedua alisnya naik menatap Manda.

Nasha juga merasa syok, hingga dia tak dapat berkata-kata lagi seperti Jesslyn dan Vika. Dari keadaan Manda yang seperti ini saja Nasha sudah cukup yakin kalau Manda tidak sedang berbohong, namun jauh dari dalam lubuk hatinya, dia berharap Manda hanya bercanda.

Manda mendongak dan bergantian menatap ketiga sahabatnya itu dengan senyum simpulnya. "Aku tau kalian pasti akan syok mendengarnya. Sama kayak aku saat pertama tau kenyataan ini, aku benar-benar syok dan langsung merasa kehilangan semangat hidup. Tapi disisi lain aku bersyukur, dari hadirnya penyakit inilah hidayah ikut hadir dan membuatku bisa berubah sejauh ini."

Tiss

Setelah diam beberapa saat untuk mencerna perkataan Manda, air mata teman-temannya itu langsung jatuh begitu saja. Mereka serempak memeluk Manda dengan erat, Manda sendiri malah terkejut dengan sikap teman-temannya.

"Manda ... maafin kami ... kamu pasti sedih banget gara-gara jadi teringat lagi sama semuanya ...," lirih Jesslyn.

"Teman-teman, aku gakpapa, aku baik-baik aja," jawab Manda menepuk-nepuk telapak tangan sahabat-sahabat yang memeluknya itu.

Mereka melepaskan pelukannya.

"Kamu kenapa gak jujur aja dari awal, Mand?" tanya Nasha dengan matanya yang masih berkaca-kaca.

Manda pun jadi ikut terharu oleh sikap sahabat-sahabatnya yang sangat peduli padanya.

"Aku gak pengin bikin kalian khawatir."

"Tapi kamu malah bikin kami penasaran," sela Vika.

Manda tertunduk, kemudian dia menyeka air matanya yang juga mentes. "Maaf, ya. Aku cuma gak mau berbagi rasa sakit ini."

"Mand, rasa sakit yang dibagi aja udah terasa perih apalagi yang hanya dipendam sendiri. Ada beberapa hal yang memang gak bisa kita bagi, tapi gak semua hal juga bisa dipendam sendiri. Kami ada disini, kami akan bantu kamu berjuang buat sembuh, biar kamu gak berjuang sendirian," ucap Nasha dengan penuh keyakinan.

Manda tersentuh sekali mendengarnya, dia mengangguk kecil sembari tersenyum simpul. "Aku merasa beruntung dan bersyukur banget memiliki kalian," ucapnya sebelum kembali tertunduk murung. "Tapi, kata dokter, sel kanker yang menggerogoti tubuh aku sangat ganas dan pertumbuhannya bertambah cepat akhir-akhir ini, makanya aku sering kambuh. Meskipun begitu, aku tetap yakin bahwa penyakitku ini tidak akan membunuhku," kata Manda dengan kerlingan senyumnya yang ternyata selama ini menyembunyikan rasa sakit yang teramat dalam.

Life Is Boring (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang