5. Izinkan Aku Membantu

377 64 0
                                    

Tringgg..

Bel istirahat berbunyi. Aku membereskan buku-buku ku dan memasukkan nya ke laci meja. Setelah mendengar perkataan Manda, katanya aku viral gara-gara kebodohan ku tadi pagi, ke fokusan ku untuk belajar menjadi buyar.

Dua gadis yang duduk di barisan di depan aku dan Manda menoleh kebelakang, lebih tepat nya kearah ku. Gadis berkacamata dan berambut sebahu itu menyodorkan tangan nya ke arah ku.

"Hai Nasha, kenalin, aku Jesslyn," ujar nya memperkenalkan diri dengan ramah kepadaku.

Aku menjabat tangan gadis berkulit terang itu dengan tersenyum. "Hai Jesslyn," sapa ku.

Kemudian hal yang sama dilakukan gadis berhijab di sebelahnya. Nama nya Vika.

"Denger-denger kamu ngaku adik nya Kak Daniel tadi pagi deket lapangan basket. Beneran?" tanya Jesslyn.

Aku mengangguk singkat. "Iya," jawab ku agak canggung, aku merasa malu, tapi untuk apa? Memang benar 'kan aku adiknya Kak Daniel.

"Masa sih? Gak lagi halu' kan?" tambah Vika.

"Enggak, aku serius," jawab ku meyakinkan.

"Gak mungkin lah dia adik nya Kak Daniel. Coba lihat nih." Gadis di deretan samping tempat duduk ku itu tiba-tiba saja ikut nimbrung. Dia menunjukkan sebuah video diponsel nya kearah kami berempat.

Ada Kak Arga, Kak Daniel, dan satu lagi teman nya dalam video itu. Dengan menggunakan ponsel lain, teman nya Kak Daniel dan Kak Arga itu menunjukkan sebuah video kearah mereka, aku melihat itu adalah video saat tadi pagi aku berteriak.

"Gimana tanggapan lo bro?" Kak Arga menanyai Kak Daniel, tatapan mata nya menatap bergantian Kak Daniel dan kamera nya.

"Halu," jawab Kak Daniel enteng.

Didalam video itu mereka tertawa, menertawakan seolah aku tengah menghayal saat itu.

Otak ku memanas melihat nya. Kak Daniel benar-benar tidak mengakui ku. Aku berdesis sebal dibuat nya.

Gadis yang menunjukkan video itu tadi menarik kembali ponsel nya.

"Ngapain sih murid baru lo pakai halu segala pagi-pagi? Untung gak halu ngaku pacarnya Kak Arga," ujar nya di iringi tawa renyah dengan teman sebangku nya.

Aku hanya diam.

"Sorry ya kalau lo tersinggung. Gue gak bermaksud gimana-gimana. Yaudah, kenalin, gue Gita." dia menyodorkan tangan nya padaku.

Meskipun aku merasa kesal padanya, aku tak ingin memperunyam nya jika aku dengan angkuhnya menolak jabatan tangan nya.

"Nasha," ujar ku.

Dia tersenyum dan menatapku penuh arti. "Lain kali jangan halu lagi," ucapnya sembari terkekeh. Dia dan teman sebangku nya itu berlalu begitu saja dari hadapan ku.

"Sha, gak usah ditanggepin. Emang gitu orang nya," ujar Jesslyn.

Aku menoleh kearah nya dan tersenyum singkat. "Iya," jawab ku.

"Jes, ayuk ke kantin," ajak Vika pada Jesslyn, dia kemudian mengalihkan pandangan nya pada aku dan Manda. "Kalian mau ikut gak?" tawarnya.

"Aku mau ke perpus," jawab Manda.

"Aku.." Aku bingung mau kemana.

"Kamu mau keliling sekolah ini gak? Jalan dari kelas ini ke perpus bisa bikin kita keliling separuh bagian sekolah ini. Kalau kekantin cuma ngelewatin empat kelas aja," jelas Manda.

"Emang kamu gak laper? Gak pengin ke kantin?" tanya ku.

"Manda emang sekarang jarang ke kantin. Dia sekarang lebih suka main sama buku atau hp nya daripada sama kita," sindir Vika dengan nada bercanda.

Life Is Boring (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang