51. Dijodohkan

521 63 4
                                    

VOTE SEBELUM BACA!

*********************

10 tahun kemudian ....

Seorang pria berbaju loreng baru saja keluar dari mushalla dan tengah memasang kembali sepatunya di depan tangga mushalla itu. Kepalanya menunduk saat mengikat tali sepatunya. Di saat yang beraamaan itu pula tiba-tiba ada selembar kertas mendarat tepat di depannya membuat pria itu sedikit mendongakkan kepalanya. Karena penasaran, diambilnya kertas itu dan ditatapnya penuh telisik.

"Maaf, Pak, itu punya saya," ujar seseorang dengan suara khas lelakinya yang tidak begitu asing terdengar di telinga Arga.

Arga yang masih memegang selembar kertas itu lantas mendongak menatap pria berjas hitam yang ada di depannya. Alisnya mengernyit saat melihat wajah yang tak asing itu. Tanpa berlama-lama, Arga langsung bangkit dari posisi berjongkoknya dan menyodorkan kertas itu pada pria di depannya.

"Loh? Arga 'kan?" terka pria di depannya itu. Dia menerima selembar kertas yang Arga berikan, lalu menyimpannya ke dalam sebuah map kertas yang ada di tangannya.

"Daniel?" Arga membulatkan matanya.

Pria itu lantas mengangguk diiringi dengan senyumnya. Dia langsung menyodorkan tangannya agar di jabat oleh Arga.

Arga langsung tersenyum hingga menampakkan deretan gigi putihnya, tangannya menyambut jabatan tangan Daniel dan sedikit menariknya hingga membuat dada bidang mereka berhimpit dan mereka berpelukan singkat sebelum akhirnya melepasnya.

"Apa kabar lo?" tanya Arga menepuk pundak Daniel, bibirnya tak henti-hentinya mengukir senyum lantaran bisa berjumpa kembali dengan sahabatnya setelah sekian lama.

Daniel terkekeh kecil. "Ya seperti yang lo liat sekarang? Alhamdulillah baik."

"Alhamdulillah, udah lama banget nih gak ketemu Pak Dokter," ujar Arga masih dengan wajah sumeringahnya.

"Iya, habisnya Pak Tentara ini terlalu sibuk, sudah dua kali reuni gak ikut-ikut," balas Daniel.

Arga tertawa. "Ya mau gimana lagi, Niel. Kalian bikin waktu janjian pas gue lagi tugas penting, mana bisa di tinggal."

"Hahaha ... iya, iya, gue tau, prioritas utama seorang Abdi Negara setelah dengan Tuhannya ya dengan tugasnya."

"Haha benar sekali. Ngomong-ngomong, adek-adek lo juga gimana kabarnya?"

Seketika Daniel tersenyum jahil. "Kok nanyain adek-adek gue duluan? Harusnya 'kan lo nanyain kabar temen-temen sekelas dulu, Dion kek, atau siapa aja."

"Yaa memangnya salah? Lagipula gue udah ketemu Dion beberapa hari lalu di Nostimo Resto, dia jadi ...."

"Pelayan 'kan?"

Arga mengangguk. "Gue sempet kaget liatnya, karna seingat gue terakhir kali reuni waktu itu dia kuliah di manajemen 'kan?"

"Iya, tapi qodarullah, musibah itu bikin dia terpaksa putus kuliah."

Ya, Dion memang putus kuliah di semester keduanya karena kebangkrutan orang tuanya yang nyaris menghabiskan seluruh harta kekayaan keluarganya untuk membayar hutang perusahaan. Dion baru berkuliah setelah dua tahun gapyear. Pria itu merasa menyesal karena telah menyia-nyiakan kesempatan yang ada, saat itu dia terlalu santai dan tidak begitu peduli dengan masa depannya hingga akhirnya dia menjadi kesulitan mencari kerja karena masih belum menemukan passion-nya.

"Gue turut prihatin atas kejadian itu, apalagi gue baru tahunya sekarang, pas ketemu di restoran. Tapi dari kejadian itu juga yang mendewasakan dirinya jadi kayak sekarang. Gue denger juga dia punya usaha sablon kecil-kecilan buat sampingan, tapi katanya dia pengin buka toko distro sendiri nanti dari hasil tabungan dia selama kerja di restoran. Pokoknya doa terbaik aja buat teman kita, gue bangga sama dia yang sekarang."

Life Is Boring (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang