31. Permintaan Arga

277 44 0
                                    

"Kok bisa sama Arga sih lo, Sha?" tanya Daniel di sela menyetirnya. Cowok itu menjemput Nasha lantaran disuruh oleh sang Papa.

Nasha menoleh ke kanan, tepatnya kearah sang Kakak. "Tadinya Kak Arga pengin nganterin pulang, tapi kami kehujanan, jadi berteduh dulu," jelas Nasha.

"Dia ketemu sama lo di mana?"

"Di depan masjid yang deket rumah sakit, Kak. Kami sholat dulu tadi sebelum berangkat."

Daniel yang tengah fokus ke jalanan sontak menoleh dengan alisnya yang mengernyit menatap sang adik yang berekspresi datar. Pernyataan Nasha sangat tidak logis, pikirnya.

"Kok bisa dia kesana lagi? Bukannya tadi pulang dari rumah sakit barengan gue, ya? Terus lo bilang dia sholat? Masa sih?" heran Daniel sembari kembali menatap jalanan, namun sesekali masih melirik Nasha.

"Aku juga bingung kenapa bisa ketemu di sana lagi, padahal tadi mau mesan ojek, Kak. Tapi Kak Arga nya gak ngebolehin, dia maksa aku buat ikut sama dia," jelas Nasha dengan ekspresi meyakinkan.

Dahi Daniel mengerut, lagi-lagi pernyataan Nasha terdengar tidak masuk akal baginya. Daniel menggerakkan tangan kirinya menyentuh dahi Nasha untuk memastikan bahwa gadis itu sedang baik-baik saja. Dirasakannya dahi Nasha tidak panas, normal-normal saja. Tadinya dia pikir, kehujanan membuat gadis itu demam dan berhalusinasi.

"Lo gak lagi halu 'kan? Yang bener aja Arga yang maksa lo buat dianterin?" Daniel menarik kembali telapak tangannya.

Nasha mengerucutkan bibirnya dan memasang tampang cemberut. "Enak aja ngatain aku halu. Kak Daniel periksa tuh Kak Arga yang aneh itu. Kemarin-kemarin gak mau di deketin aku, sekarang malah deket-deketin aku, 'kan aneh," gerutu Nasha. "Dulu sih aku emang pengin deket sama Kak Arga, tapi sekarang udah enggak. Dia suka maksa-maksa, suka ngatur, keras kepala, sombong, kasar, pokoknya aku gak suka. Ya walaupun aku udah maafin kesalahannya yang kemarin karena dia udah minta maaf, tapi tetep aja aku gak mau deket-deket, tapi dia suka maksa." Nasha menggerutu sebal.

Kali ini Daniel menganga. "Arga minta maaf?" pekiknya dengan mata melotot menatap Nasha.

Nasha mengangguk yakin.

"Fix! Lo halu!"

"Udah ku bilang aku gak halu. Terserah kalau gak percaya." Nasha memutar bola mata malas.

Daniel masih tak paham dan tak percaya dengan penuturan Nasha yang terdengar sangat tidak masuk akal baginya. Daniel sangat kenal dengan Arga. Selama ini tak pernah Daniel melihat Arga semengalah itu dengan perempuan. Apa Arga menginginkan sesuatu dari Nasha? Mendadak Daniel merasa khawatir.

"Sha, menurut gue emang lebih baik lo jangan deket-deket sama Arga," pesan Daniel.

"Aku emang gak mau juga Kak."

"Dan kalau Arga nanyain sesuatu tentang hubungan kita apa, jangan pernah juga lo kasih tau. Bisa aja dia curiga ngeliat mobil gue tadi."

Ini yang membuat Nasha masih merasa sebal. Daniel memang sudah tak sedingin dulu. Hubungannya dengan sang kakak memang sudah mengalami kemajuan yang cukup berarti. Namun tetap saja, Daniel masih tak mau mengakuinya di depan semua orang.

Tanpa terasa, keduanya sampai di rumah. Daniel membuka pintu mobil di sampingnya, kemudian juga membuka payung yang memang sudah dibawa dari rumah. Dia berlari kecil ke pintu mobil sebelah dan membukakan pintu itu agar Nasha ikut turun. Kedua kakak beradik itu berjalan bersama di bawah payung yang sama menuju teras rumah.

Dari jendela kamarnya, Raya menatap Nasha penuh kekesalan. Baginya, Nasha hanyalah pencuri kebahagiaannya. Kemarin gadis itu mengambil hati sang ayah, perlahan juga Bu Nida, dan sekarang Daniel. Ketiga orang itu seolah telah menerima dengan baik kehadiran gadis itu. Raya merasa kasih sayang yang seharusnya hanya untuknya, kini terbagi dengan gadis itu. Yang paling membuatnya kesal adalah ketika dia dibanding-bandingkan. Nasha memang lebih rajin dan lebih pintar, beda dengannya yang selengekan dan sangat jarang membantu Bu Nida melakukan pekerjaan rumah. Dulu kelemahannya itu tidak begitu dipermasalahkan, namun semenjak Nasha hadir, segala sesuatu tentangnya seolah terlihat buruk hingga akhirnya Raya merasa tak diperhatikan.

Life Is Boring (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang