27. Pingsan

379 54 0
                                    

"Waktu ... Terus bergulir mengiringi langkahku.
Langkah yang semula kurasa panjang.
Ternyata hanya sesingkat senja.

Matahari ku mulai redup.
Cahayanya tenggelam dalam lautan air mata.
Senja ku yang indah akan berakhir.
Akankah setelahnya bulan dan bintang akan datang?
Atau justru awan mendung menghalanginya?

Segelintir rasa cemas terus menghantui.
Membuatku terbelenggu dalam ketakutan.
Takut kalau waktu yang tersisa tidak cukup.
Masih ada mimpi yang harus terwujud.
Masih ada harapan yang belum menjadi nyata.
Tapi sungguh raga ini telah lelah.
Hembusan napas hanya tersisa hitungan.
Detik waktu yang tak lama lagi berhenti.

Aku tidak ingin selamanya menjadi bulan yang hanya dapat bersinar dengan bantuan matahari.
Aku ingin menjadi bintang terang setelah matahari tenggelam.
Aku ingin tetap bercahaya sekalipun telah kehilangan sinar utamaku.
Aku ingin direlakan seperti senja yang hendak berakhir.
Aku ingin dikenang seperti senja yang telah padam.
Aku ingin kebaikan menjadi penutup kisahku."

Tepukan tangan menutup puisi yang telah selesai dibacakan gadis berwajah pucat itu. Bagi mereka yang tahu kisah Manda, tentu dua kali lipat lebih terharu mendengarnya. Bahkan Nasha, Vika, dan Jesslyn sampai menitikkan air matanya. Kata-kata Manda dalam puisi itu membuat mereka bertiga over thinking, Manda seolah mengatakan dia ingin segera pergi dari dunia ini.

Manda memundurkan dirinya dari mic yang ada didepannya. Sekarang giliran peserta selanjutnya tampil. Gadis itu melangkahkan kakinya untuk segera menjauh dari atas panggung. Mendadak kepalanya terasa sangat pusing hingga refleks tangan kanannya langsung memegangi kepalanya. Pandangannya terasa memburam, tapi Manda tetap memaksakan dirinya untuk kembali melanjutkan langkahnya dan menuruni anak tangga yang ada disamping panggung.

Pandangan Manda semakin bertambah buram dan ... Bruk! Badannya sudah ambruk tepat dipangkuan seseorang yang berada di samping panggung.

"MANDA?" kaget cowok itu, dia langsung mengarahkan pandangannya ke teman-temannya yang ada dibelakang panggung. "WOY BANTUIN! ADA YANG PINGSAN!" teriak cowok yang tak sengaja menopang tubuh Manda yang lemas itu.

***

Insiden pingsan pagi ini membuat Manda harus dilarikan ke rumah sakit, karena kata Bu Sarah, selaku perawat yang ada di UKS, keadaan Manda begitu memburuk. Gadis itu harus mendapatkan perawatan medis yang lebih memadai dan sesuai dengan penyakitnya. Bu Sarah memang sudah lama mengetahui tentang sakit yang dialami Manda, wanita itu juga menuruti keinginan Manda agar merahasiakannya dari semua orang sampai akhirnya sekarang sudah banyak yang tau.

Nasha, Jesslyn, Vika, dan Daniel ikut ke rumah sakit untuk menemani gadis yang tengah diperiksa oleh dokter di dalam ruang IGD. Kedua orang tua Manda juga telah datang, mereka nampak panik saat mengetahui anaknya drop lagi. Nasha terus berusaha menenangkan wanita yang kini dipanggilnya Ibu itu. Semua orang ada disana nampak gelisah menunggu sang dokter keluar dan memberi kabar.

Tak lama, pintu itu terbuka hingga menampakkan seorang dokter dan suster. Dokter itu membenarkan posisi stetoskop yang ada di lehernya, dia menyapu pandangannya semua orang yang langsung berdiri didepannya penuh tanya.

"Keadaan Manda sekarang sudah lebih baik, dia perlu banyak istirahat. Tubuhnya semakin lemah akhir-akhir ini karena sel kanker di tubuhnya terus menyebar. Saya menyarankan agar Manda menjalani kemoterapi dan dia harus rawat inap dulu disini sampai kondisinya benar-benar memungkinkan untuk kembali rawat jalan," jelas Dokter itu.

"Ya Allah ...," lirih Bu Farah mengelus dadanya, rasanya dia sangat terpukul mendengar kabar ini.

"Maaf sebelumnya Dok, saya dengar, kemoterapi membutuhkan biaya yang banyak. Kami tidak mampu untuk membiayainya, apakah ada cara lain untuk pengobatannya?" tanya Ayahnya Manda.

Life Is Boring (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang