29. Rumah Sakit

343 47 0
                                    

"Niel, lo galang dana buat apa?" tanya Arga heran.

"Buat Manda, dia sakit," jawab Daniel seadanya.

Saat sudah sampai di parkiran, Arga langsung bersandar pada motor hitamnya. "Manda yang dulu deket sama lo itu 'kan? Sakit apa sampai-sampai harus galang dana?" Arga mengernyitkan alisnya.

Daniel ikut-ikutan bersandar, tapi pada mobilnya yang terparkir bersebelahan dengan motor Arga.

"Kanker darah. Orang tua dia bukan orang berada, biaya pengobatannya gak sedikit, apalagi dia harus menjalani kemoterapi."

Arga yang semula berekspresi biasa saja sontak membulatkan matanya lantaran terkejut mendengar pernyataan Daniel.

"Karena itu, gue sama beberapa temennya Manda patungan dan juga galang dana buat pengobatannya," lanjut cowok itu.

Mendadak Arga teringat pada sesuatu. "Cewek kepala batu ikutan juga gak? Dia temennya Manda juga 'kan?"

Daniel mengernyitkan alisnya saat mendengar Arga menyebut cewek kepala batu. "Maksud lo Nasha?"

Arga mengangguk.

"Iya, dia juga ikut. Dia 'kan temen deketnya Manda. Sekarang gue mau kerumah sakit buat nemuin Manda, disana juga ada yang lainnya. Lo mau ikut?" tawar Daniel.

Arga menimang-nimang kunci motor ditangannya, dia nampak berpikir. "Oke, gue ikut."

***

Daniel dan Arga memasuki ruang rawat Manda setelah sebelumnya mengetuk pintu. Gadis itu baru saja selesai menjalani kemoterapinya. Nasha, Vika, dan Jesslyn tengah menemaninya di dalam kamar rumah sakit yang kini menjadi rumah kedua bagi Manda.

Daniel mengucapkan salam, semua yang ada di sana sontak melihat kearah sumber suara, dan secara bersamaan mereka menjawab salam yang diucapkan cowok itu.

Manda yang tadinya tenang-tenang saja, langsung membulatkan matanya saat melihat kedua orang itu, pikirannya langsung bertanya-tanya, kenapa mereka kesini?

Nasha pun tak kalah kaget dari Manda, bukan karena kedatangan Daniel, tapi karena Arga yang berjalan dibelakang Daniel.

"Kak Daniel?" ujar Manda saat cowok itu sudah berdiri di belakang Jesslyn yang duduk di salah satu sisi ranjangnya.

Daniel tersenyum melihat keadaan gadis itu sudah lebih baik dari kemarin. "Iya, Mand. Gue seneng liat lo udah sadar dan udah lebih baik dari kemarin," ucapnya tulus dari hati.

Manda merasakan sesuatu yang mengganjal di hatinya. Telah susah payah Manda mengubur dalam perasaannya pada Daniel demi taat pada aturan Allah, dia sadar bahwa hubungan antara laki-laki dan perempuan non mahram yang sudah terlalu dekat, itu pasti tidak sehat. Dia tak ingin terjebak dalam jurang cinta yang seharusnya tidak diterjuni sekarang, karena sekali sudah terjerumus, maka akan sulit untuk keluar. Tapi mau bagaimanapun juga, Manda tak dapat membohongi perasaannya sendiri. Selalu ada suatu yang aneh yang menjalar ke seluruh tubuhnya setiap kali bertemu dengan Daniel.

"Iya Kak, Manda masih harus menjalani serangkaian pengobatan lainnya agar kondisinya bisa benar-benar stabil." Jesslyn menoleh ke belakang, menatap Arga dan Daniel sekilas sebelum kembali tersenyum menatap sanng sahabat yang tengah terbaring. "Kami bakal sering jenguk kamu, Mand, biar kamu gak kesepian disini."

Gadis berhijab hitam dengan selang oksigen di hidungnya itu menyunggingkan senyum di balik bibir pucatnya. "Gak usah repot-repot, lagipula sebentar lagi juga kan aku pulang. Aku gak bisa terus-terusan disini," jawab Manda.

Vika mengernyitkan alisnya. "Loh, kenapa? Kata Dokter, kamu masih harus rawat inap."

"Biaya pengobatanku terlalu mahal, aku gak tega sama Bapak dan Ibu, lagipula aku udah baikan kok," lirih Manda.

Life Is Boring (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang