49. Perpisahan

323 52 0
                                    

VOTE SEBELUM BACA!

***************

Nasha merasa sangat senang sekali karena malam ini bisa melepas rindu dengan orang-orang terdekatnya dulu. Namun yang dia sayangkan, tak ada Mamanya di sini. Walau bagaimanapun juga, rasa rindu itu selalu ada mengisi setiap relung hatinya. Tapi kini Nasha sudah lebih mengerti dan lebih dewasa dalam menyikapinya sehingga dia tak lagi mengalami kesedihan berlebihan seperti dulu.

Adnan dan keluarganya malam ini bersedia menenuhi permintaan Nasha untuk menginap di rumah ini. Setelah puas saling bercerita dan bersenda gurau, kini semua orang sudah berisitirahat di kamar masing-masing. Nasha tidur sekamar dengan Fani. Adnan bersama Daniel. Dan Mamanya Adnan dan Fani di kamar tamu.

Beberapa kali saat berbincang dengan mereka, Nasha ditanyai kenapa terlihat banyak diam dan seolah tengah memikirikan sesuatu. Jujur saja, ungkapan Arga saat hujan itu benar-benar membuat pikiran Nasha terganggu. Dia tak bisa benar-benar menikmati kebersamaannya dengan keluarganya dan orang-orang yang dirindukannya malam itu hanya karena terus kepikiran dengan Arga.

Nasha tak tahu, apakah yang kali ini Arga serius atau tidak. Nasha pun masih sulit untuk percaya kalau seorang cowok seperti Arga akan benar-benar menyukainya, apalagi setelah insiden penembakan palsu saat itu. Tapi yang pasti sekarang, Nasha akan berusaha memaafkan Arga dan menghapus dendam di hatinya.

Gadis itu bangkit secara perlahan dari posisi berbaringnya, agar Fani yang tengah tertidur di sampingnya tidak ikut terbangun. Gerakannya nampak mengendap-endap menuju meja belajarnya seraya terus mengawasi Fani, khawatir gadis itu terbangun.

Nasha mengambil secarik kertas dari buku catatannya dan mulai menuliskan sesuatu. Setelah memakan waktu beberapa saat, Nasha selesai menuliskan kalimatnya pada kertas itu. Selembar kertas yang ada pada genggamannya itu dia lipat dengan rapi dan di beri selotip merah bermotif. Nasha tersenyum menatap surat itu, namun saat itu juga ada embun yang muncul dari pelupuk matanya.

"Semoga ini yang terbaik, dan setelah ini semuanya bisa kembali normal."

***
Suara dentingan sendok ikut meramaikan suasana sarapan pagi di rumah keluarga Nasha yang hari ini terasa lebih spesial karena adanya tamu-tamu Nasha yang ikut bergabung.

"Terima kasih banget ya untuk penginapannya malam ini, hari ini kami mau balik ke Kalsel, besok acara pembagian rapot di sekolahnya Adnan," ujar wanita yang duduk di samping Adnan.

"Yahh padahal kan Nasha masih pengin lama-lama." Nasha menoleh menatap sang Papa. "Pa, boleh gak kalau Nasha ikut ke Kalsel? Habis pembagian rapot hari ini 'kan libur semester Pah, Nasha pengin liburan di sana, Nasha juga pengin ke makam Mama, boleh 'kan Pah?"

Mendadak Raya tersedak mendengarnya. Gadis itu langsung meminum segelas air yang ada di depannya. "Yang bener lo, Sha? Emang lo berani ke sana sendirian?" tanyanya dengan mata melotot.

Nasha menggeleng. "Enggak sendirian, 'kan barengan sama keluarga Fani."

"Terus pulangnya?"

Nasha terdiam. "Iya ya," ujarnya nampak berpikir, ekspresinya langsung berubah kecut.

"Yaudah gue ikut nemenin lo."

Nasha langsung membulatkan matanya. "Yang bener Kak?" tanyanya.

Raya mengangguk yakin, kemudian menatap Papa dan Mamanya. "Boleh 'kan Pah? Mah? Raya sekalian pengin liburan juga."

Pak Irwan dan Bu Nida saling tatap, mereka berdua agak ragu dengan keinginan kedua gadis itu. "Kalian yakin?"

Nasha dan Raya kompak mengangguk dengan pencaran mata penuh harap.

Life Is Boring (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang