11. Ibu

314 61 0
                                    

"Jadi, Nasha murid baru, ya?" tanya Ibunya Manda sembari menyuguhkan segelas teh hangat kearahku.

"Iya, Tante," jawabku membalas senyuman Ibu nya Manda yang lembut, membuatku teringat pada Mama.

"Maaf ya, rumah kami gak terlalu besar," ujarnya sungkan.

"Enggak apa-apa Tante, rumahku yang dulu juga gak lebih besar dari ini. Aku ngerasa nyaman banget disini daripada di rumahku yang sekarang." Aku berkata jujur, aku benar-benar merasa nyaman disini.

Aku ikut Manda pulang kerumah nya ini dengan menggunakan ojek online dan Manda dengan Ayah nya yang menjemput nya. Fakta baru yang ku tahu, ternyata Ayah nya Manda juga adalah driver ojek online. Setelah mengantar Manda pulang, Ayah nya Manda langsung kembali bekerja. Manda pun sekarang sedang dikamar nya untuk ganti baju.

"Memang nya kenapa dengan rumah mu yang sekarang?" tanya Ibunya Manda.

Aku tersenyum miris. "Gakpapa kok, Tan. Aku cuma ngerasa kurang nyaman aja sama keluarga baru. Aku rindu Almarhumah Mama aku yang udah meninggal di Kalsel," jelas ku. Entah kenapa aku langsung merasa nyaman ngobrol dan bercerita kepada nya.

"Innalillahi wa innailaihi rooji'un. Lalu disini kamu tinggal sama siapa?"

"Sama Papa, juga Mama dan saudara tiri," jawabku.

"Lagi ngomongin apa nih?" tanya Manda yang baru saja keluar dari kamar nya dan duduk disamping ibu nya.

"Lagi ngomongin-"

"Assalamualaikum!" Ucapan salam dari arah pintu itu memotong ucapan ku. Ternyata ada seorang anak kecil yang baru masuk kedalam dengan kedua sendalnya yang masih terpasang, anak itu nampak ngos-ngosan.

"Raihan! Itu sendalnya dilepas, jangan dibawa masuk begitu, nanti rumah nya kotor," tegur Ibunya Manda yang langsung menghampiri anak kecil itu.

Aku mengira-ngira usia nya masih tujuh atau delapan tahun.

"Kamu dari mana aja sih? Seharian gak pulang-pulang?" tanya Ibunya Manda.

Bukan nya menjawab, anak itu malah berlari masuk kedalam setelah melepas sendal nya didalam rumah, menyisakan pasir-pasir yang ikut terbawa masuk dilantai. Tak lama datang seorang ibu-ibu dari arah luar dengan wajah yang sangar dan menggandeng seorang anak kecil yang memegangi dahi nya sambil menangis.

"Bu Farah! Liat nih kepala anak saya kepentok sampai berdarah gara-gara kelakuan anak ibu yang nakal itu!" bentak nya.

Aku dan Manda pun sontak ikut terkejut karena Ibu-ibu itu dengan mudahnya datang kerumah orang sambil marah-marah.

"Ya Allah, kok bisa? Emang Raihan apain kamu, Adit?" Ibunya Manda langsung menghampiri anak itu dan melihat dahi nya yang ada bekas lebam dan sedikit berdarah. Wanita itu terlihat sangat panik.

Bocah laki-laki itu tak menjawab, melainkan masih mengusap-ngusap air matanya dengan pergelangan tangan nya sambil menangis sesenggukan.

"Raihan itu udah dorong Adit sampai jatuh, kepalanya kepentok batu, untung gak terlalu keras. Saya liat pakai mata kepala saya sendiri Bu kejadian nya. Udah keberapa kali si Raihan ini kalau main bikin temen-temen nya luka? Sering banget Bu, jadi tolong dididik bu anaknya biar gak nakal terus. Saya gak terima anak saya dibikin sakit begini, pokoknya saya mau minta ganti rugi!" omel Ibu itu kepada Ibunya Manda, matanya terlihat berapi-api penuh emosi.

"Saya benar-benar minta maaf ya, bu, atas kenakalan Raihan. Nanti dia saya tegur bu, ya," ucap Ibunya Manda sembari menunduk dengan perasaan bersalah.

"Terserah Ibu mau diapain. Emang kenapa sih, Bu Farah mau-mau aja ngebesarin anak yang nyusahin kayak begitu? Lagipula dia 'kan bukan anak Ibu, antar aja Bu ke panti asuhan daripada meresahkan seperti ini," ujar Ibu-Ibu itu lagi sok bijak. Ucapan nya sangat tidak enak didengar.

Life Is Boring (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang