Gadis itu mengerutkan dahinya, saat mendengar apa yang para orang dewasa itu katakan, bahkan milkshake strawberry kesukaannya mendadak terasa hambar.
"Erin mau kan?"
"Tapi Erin baru saja masuk universitas, umur Erin juga masih delapan belas tahun, memangnya tidak apa-apa?" tanya Gadis itu mencoba terlihat seperti dia tidak mengerti yang mereka katakan.
"Benar. Erin masih terlalu muda, rasanya kami jadi tidak enak kalau tiba-tiba membebankan Erin kepada Theo."
"Tidak perlu memikirkan hal itu, Theo bisa menanggung semuanya, jika menikah dengan Theo bukankah itu akan lebih baik? Kehidupan Erin akan lebih terjamin dari pada dengan laki-laki lain, kita juga bisa semakin mengeratkan ikatan keluarga kita."
Erin mengaduk-aduk milkshake nya, lalu melirik ke arah laki-laki yang duduk di sebelahnya, sedari tadi dia hanya bungkam, tidak berniat mengatakan apapun, ya selama ini laki-laki itu memang tidak pernah terlihat mengeluarkan sepatah katapun, seolah dia tidak peduli dengan apapun.
"Kak Theo. Memangnya kakak tidak keberatan harus menikah sama Erin? Erin kan masih kuliah, nanti Erin nyusahin."
Laki-laki itu menoleh. "Saya tidak ada masalah dengan urusan keuangan."
"Tapi kan ...."
Erin menghentikan ucapannya saat merasakan punggung tangannya disentuh. "Dengar sendiri kan? Theo tidak masalah dengan hal itu."
"Mungkin Erin masih harus memikirkannya lebih lama, dia masih menikmati masa mudanya dulu." laki-laki paruh baya itu mencoba menahan istrinya yang terlihat sangat ingin pernikahan ini terjadi.
"Erin ... itu, Erin ikut kata papa sama mama saja. Eh Erin juga ikut kata kak Theo, lagi pula Erin masih bingung. Omong-omong Erin besok ada kelas pagi, boleh pulang duluan tidak? Erin ngantuk."
Orang-orang dewasa itu paham, bawa Erin hanya mencoba menghindar, salah mereka karena mengatakan hal ini tiba-tiba, wajah gadis yang masih terbilang remaja itu jadi kebingungan, walau di zaman sekarang menikah di umur muda memang tidak terdengar asing lagi.
"Theo bisa tante minta tolong antarkan Erin pulang??"
Gadis itu terlihat melebarkan matanya, lalu berkata, "Erin bisa pulang sendiri kok."
"Theo bisa antar kamu kok, dia tadi bawa mobil sendiri."
Erin ingin sekali menunjuk rasa kesalnya, namun nanti image yang sudah dia buat jadi kacau, percaya tidak jika mungkin di antara kalian ada beberapa orang yang mempunyai image 'polos' tapi sebenarnya itu hanyalah kedok.
Ada beberapa orang yang memakai topeng itu agar terlihat lugu, membuat orang-orang di sekitarnya menjaga nya, dalam artian tidak mengatakan hal yang akan menyakiti dirinya atau menjaga kalimatnya agar lebih halus.
Lagi pula yang benar-benar polos di dunia ini mungkin hanya anak yang baru lahir dan anak kecil, tidak mungkin ada anak berumur delapan belas yang tidak mengerti apa-apa.
Keduanya sekarang sudah berada di dalam mobil yang dikendarai oleh Theo. Keduanya bungkam, Erin merasa tidak nyaman jika berbicara dengan Theo sekarang, sementara Theo mungkin berpikir bahwa Erin tidak ada.
Gadis itu membuka tas miliknya, berniat mengeluarkan ponsel dan earphone miliknya, perjalanan menuju rumah masih jauh dan akan terasa semakin jauh jika dihabiskan dengan diam saja.
Erin memasang earphone di telinga kanannya, lalu saat berniat memasang yang lain, tiba-tiba Theo berdeham, membuat Erin menoleh agak kaget. "Erin mau pakai earphone tidak apa-apa kan? Bosan soalnya."
KAMU SEDANG MEMBACA
BETWEEN [KTH] [On Going]
Fanfiction[𝘙𝘰𝘮𝘢𝘯𝘤𝘦/𝘊𝘰𝘮𝘦𝘥𝘺/𝘋𝘳𝘢𝘮𝘢] 𝘌𝘳𝘪𝘯 𝘬𝘪𝘳𝘢 𝘱𝘦𝘳𝘯𝘪𝘬𝘢𝘩𝘢𝘯𝘯𝘺𝘢 𝘥𝘦𝘯𝘨𝘢𝘯 𝘛𝘩𝘦𝘰 𝘢𝘬𝘢𝘯 𝘵𝘦𝘳𝘶𝘴 𝘣𝘦𝘳𝘫𝘢𝘭𝘢𝘯 𝘮𝘶𝘭𝘶𝘴, 𝘺𝘢 𝘱𝘦𝘳𝘯𝘪𝘬𝘢𝘩𝘢𝘯 𝘮𝘦𝘳𝘦𝘬𝘢 𝘣𝘦𝘳𝘫𝘢𝘭𝘢𝘯 𝘴𝘦𝘱𝘦𝘳𝘵𝘪 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘴𝘦𝘩𝘢...