Erin menatap pantulan dirinya sendiri di cermin besar yang ada di dalam kamar, sementara Theo sendiri sudah bersiap sedari tadi, namun dia setia menunggu gadis itu bersiap juga mendengarkan ocehan gadis itu tentang wajahnya yang terlihat agak bengkak karena kejadian siang tadi.
"Kak Theo … menurut kakak, aku …."
"Cantik," Jawab laki-laki itu langsung.
Erin menolehkan kepalanya, melihat Theo yang juga sedang melihat ke arahnya. "Belum selesai pertanyaan Erin, kenapa sudah langsung menjawab?"
"Tapi itu kan yang mau kamu tanyakan?"
"Iya sih, tapi kenapa kak Theo tahu aku mau tanya apa?"
"Insting?"
Erin memanyunkan bibirnya. "Sepertinya kak Theo berpengalaman sekali ya? Sampai tahu hal-hal kayak gitu."
Theo menghela napas lalu berjalan mendekat ke arah Erin, laki-laki itu memeluk istrinya dari belakang. "Bukannya Bagus kalau saya berpengalaman, saya jadi sudah tahu lebih dulu apa yang kamu mau kan? Jangan cemberut seperti itu."
"Tapi Erin cemburu.""Cemburu kenapa? Sama siapa?"
"Sama perempuan-perempuan yang pernah dekat sama kak Theo, mereka pasti juga pernah pernah merasa sebahagia ini karena kak Theo."
Theo memutar tubuh Erin agar menghadap ke arah nya. "Itu kan terjadi di masa lalu, sekarang cuma kamu."
"Mantan pacar kak Theo pasti cantik-cantik ya? Kak Jesslyn saja cantik banget, kak Theo nyesal nggak malah pilih Erin?"
"Kenapa saya harus menyesal Erina?"
"Erin kan nggak secantik kak Jesslyn."
"Jangan bandingkan kamu sama perempuan lain terus, kamu itu cantik, sangat. Saya nggak perlu menyesal karena menikah sama kamu, saya memang bodoh di masa lalu, karena tidak bisa melihat itu, tapi sekarang cuma kamu Erina."
"Beneran?"
"Saya nggak akan jawab, kamu yang akan melihat sendiri apakah perkataan saya benar atau bohong."
Erin melingkarkan tangannya memeluk laki-laki itu. "Maaf karena omongan Erin ngelantur, Erin akan coba percaya sama kak Theo."
"Jangan minta maaf Erina, saya yang seharusnya mengatakan hal itu, saya minta maaf karena pernah membuat kamu berada dalam posisi yang tidak kamu inginkan, saya buat kamu marah, mungkin juga kamu benci sama saya." Theo balas memeluk gadis yang sekarang berstatus sebagai istrinya iitu dengan lembut. "Tapi saya ingin merubah semua itu, sekarang saya sayang sama kamu, saya Cinta sama kamu, saya ingin kita berdua bisa selayaknya suami-istri sungguhah."
"Erin juga." gadis itu mendengarkan apa yang Theo katakan, genangan air mata mulai timbul. "Erin mau nangis lagi, tapi nanti Erin harus cuci muka lagi."
Theo terkekeh, " jangan kalau begitu."
•Jocelyn POV•
"Udah deh Joy kita pergi aja."
Jocelyn menghela napas panjang, lalu menatap orang yang ada di hadapan gadis itu, dengan amarah yang nggak lagi bisa dia kontrol.
"Setan lo ya! Gue diemin lo makin ngelunjak, lagian perempuan ini duluan yang nyelak antrian! Laki-laki goblok lo ya mau saja lo ngebela perempuan kayak dia!"
"Jaga omongan lo, masih kecil saja omongan lo sudah kayak sampah!"
Demi apapun Jocelyn nggak pernah mau berantem sama orang lain, apa lagi di tengah mall kayak gini, malu tahu!
KAMU SEDANG MEMBACA
BETWEEN [KTH] [On Going]
Fiksi Penggemar[𝘙𝘰𝘮𝘢𝘯𝘤𝘦/𝘊𝘰𝘮𝘦𝘥𝘺/𝘋𝘳𝘢𝘮𝘢] 𝘌𝘳𝘪𝘯 𝘬𝘪𝘳𝘢 𝘱𝘦𝘳𝘯𝘪𝘬𝘢𝘩𝘢𝘯𝘯𝘺𝘢 𝘥𝘦𝘯𝘨𝘢𝘯 𝘛𝘩𝘦𝘰 𝘢𝘬𝘢𝘯 𝘵𝘦𝘳𝘶𝘴 𝘣𝘦𝘳𝘫𝘢𝘭𝘢𝘯 𝘮𝘶𝘭𝘶𝘴, 𝘺𝘢 𝘱𝘦𝘳𝘯𝘪𝘬𝘢𝘩𝘢𝘯 𝘮𝘦𝘳𝘦𝘬𝘢 𝘣𝘦𝘳𝘫𝘢𝘭𝘢𝘯 𝘴𝘦𝘱𝘦𝘳𝘵𝘪 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘴𝘦𝘩𝘢...