33. Permainan Hati

662 135 23
                                    

Budayakan Vote Sebelum Membaca!
Vote 80 dan komen 25 baru aku lanjut!

~~~~~

    "Ke tempat kak Jesslyn?"

    "Kalau kamu mau, saya tidak akan memaksa, kita bisa pulang sekarang kalau kamu lelah."

    "Erin mau kok, ayo pergi ke tempat kak Jesslyn."

    Theo menghela napas, sebenarnya dia berharap Erin menolak, tapi mau bagaimana lagi jika istrinya itu memang ingin pergi dan lagi mereka masih agak canggung karena kejadian tadi pagi.

    "Erina."

    Erin berdeham menyahuti panggilan dari Theo, padahal kenapa pula keduanya harus merasa canggung seperti ini? Mereka kan suami-istri.

    "Saya minta maaf untuk yang tadi pagi."

    Mendengar permintaan maaf itu Erin jadi merasa tidak enak. "Kenapa kak Theo harus minta maaf? Harusnya Erin yang minta maaf, Erin masih takut."

    "Saya harusnya lebih pengertian, semuanya adalah hal baru untuk kamu, tapi saya selalu tidak bisa menahan diri jika berhadapan dengan kamu."

    Erin bisa melihat wajah bersalah laki-laki itu, tapi dia jadi penasaran apa Theo memang selalu memperlakukan pasangannya dengan manis seperti ini?

    "Apa kak Theo juga seperti ini dengan pacar-pacar kak Theo dulu?" tanya Erin, sebenarnya dia tidak mau juga bertanya seperti ini.

    "Seperti ini?"

    "Sikap manis kak Theo, terus kak Theo pasti pernah lebih dari sekedar gandengan tangan dan pelukan kan, sama mantan-mantan pacar kak Theo?"

    Laki-laki itu kembali menghela napas. "Kalau saya jujur kamu tidak akan marah?"

    Erin menganggukkan kepalanya. "Karena semuanya cuma masa lalu kan? Kak Theo pernah bilang."

    "Seperti yang kamu katakan, tapi saya tidak pernah mencoba melakukan hal yang lebih lagi dari itu."

    "Tidak pernah tiba-tiba mencoba membuka baju …."

    "Erina! Saya hanya melakukan hal itu dengan kamu saja!" sekarang Theo sadar, jadi inti dari semua ini karena tadi pagi dia hampir ingin melakukan hal 'itu' kepada istrinya.

    "Habisnya, tadi pagi kak Theo terlalu santai, seolah-olah sudah sering melakukan hal 'itu' sebelumnya."

    "Tidak Erina, saya sama sekali tidak pernah, saya sudah bilang kan, kalau saya tidak bisa menahan diri jika itu kamu dan itu benar-benar hanya dengan kamu."

    Entah kenapa Erin merasakan perasaan aneh saat mendengar ucapan jujur laki-laki itu. "Hanya dengan Erin?"

    "Kamu boleh tidak percaya, tapi itu kenyataannya. Kalau saya pegang tangan kamu, saya jadi ingin peluk kamu, kalau sudah peluk saya tergoda ingin mencium kamu, kalau saya tidak ingat kamu masih harus pergi kuliah, mungkin saya tidak akan membiarkan kamu untuk pergi keluar rumah, gairah saya selalu terpancing setiap melihat kamu."

    Erin tidak tahu sebenarnya dia boleh mendengar hal seperti ini atau tidak, dia sedikit malu, tapi karena Theo yang mengatakannya entah kenapa dirinya tidak merasa takut.

    "H-hari ini kita pulang saja … nanti Erin bilang kak Jesslyn kalau tidak jadi main ke rumahnya."

    Tentu saja laki-laki itu langsung menyetujuinya, dia juga memang tidak ingin pergi ke sana, karena ingin menghabiskan waktu berdua saja dengan istrinya.

BETWEEN [KTH] [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang