Jangan lupa untuk Vote dan Sempatkan diri untuk menulis beberapa kata di kolom komentar, terimakasih.
25 komentar dan 80 vote aku baru update lagi :)
~~~~~~~~Erin sedikit terganggu dari tidurnya saat merasakan pergerakan dari orang sampingnya, jadi dia mencoba untuk membuka mata dan melihat apa yang terjadi dan mendapati suaminya sedang duduk di atas ranjang dengan sebuah notebook di pangkuannya, wajah laki-laki itu terlihat serius dengan sebuah kacamata bertengger menghiasi wajah tampannya.
"Kak Theo, jam berapa sekarang?" tanya Erin dengan suara khas orang bangun tidur.
Laki-laki itu menoleh. "Masih jam empat pagi, kamu tidur lagi saja, nanti saya bangunkan lagi kalau sudah waktunya." tangannya terulur untuk mengusap pucuk kepala gadis itu.
"Kak Theo nggak tidur lagi?"
"Saya sedang membaca sesuatu, kamu terganggu karena saya ya?"
"No, kak Theo nggak ganggu kok." gadis itu menggelengkan kepalanya, sedikit berbohong tidak apa-apa kan, lagi pula dia hanya sedikit terganggu saja dan bisa tidur kembali, sama sekali bukan masalah.
Akhirnya Erin kembali tertidur karena memang dia masih mengantuk dan Theo kembali melanjutkan pekerjaannya yang sempat terhenti, kali ini dia melakukannya dengan lebih tenang tidak mau istrinya kembali terbangun karena dirinya.
Laki-laki itu menghabiskan waktu sekitar setengah jam untuk membaca beberapa dokumen yang masuk ke dalam email nya, setelahnya laki-laki itu mematikan notebook-nya dan beranjak pergi ke dalam kamar mandi untuk membersihkan diri, suara air terdengar, namun gadis yang masih tertidur itu masih saja terlelap.
Dua puluh menit kemudian, laki-laki itu keluar dengan rambut sedikit basah dan pakaian yang sudah berganti, melihat kearah sang istri yang masih tertidur, masih ada banyak waktu untuk gadis itu tidur, jadi dia berjalan keluar dari kamar untuk membuat kan sarapan untuk mereka berdua, mungkin tidak bisa seperti buatan gadis itu, tapi Theo juga sudah lama tinggal sendirian, jadi sedikit banyak dia bisa.
Setelah selesai membuat sarapan Theo melihat ke arah jam dinding, yang sudah menunjukkan pukul setengah enam, jadi dia harus membangunkan Erin sekarang.
"Erina," ucap Theo setelah membuka pintu kamarnya, lalu mendapati gadis itu terduduk di atas ranjang melihat ponselnya, dengan rambut yang belum kering sempurna dan piyamanya yang sudah berganti.
Gadis itu mendongak lalu tersenyum menanggapi panggilan Theo. "Selamat pagi, kak Theo."
Senyum gadis itu membuat Theo juga ikut tersenyum. "Selamat pagi, Erina." laki-laki itu berjalan mendekat.
Theo duduk di sebelah Erin, lalu mengecup pelipis gadis itu dengan sayang, sementara Erin menaruh ponselnya di atas ranjang dan memeluk pinggang laki-laki itu.
"Saya sudah buat sarapan, kamu sarapan dulu, saya mau ganti baju."
"Eh? Serius?" tanya Erin sambil menatap laki-laki itu dengan tidak percaya.
"Saya serius, Erina." tiba-tiba matanya fokus kepada bibir cherry istrinya, dari semalam dia terus berpikir ingin menciumnya gadis itu.
Erin terkekeh kecil. "Terimakasih," ucapnya .
Namun bukan membalas sama-sama atau apa, tiba-tiba Theo menundukkan wajahnya hingga kedua ujung hidung mereka bersentuhan. "Kalau saya minta hal lain untuk ucapan terimakasihnya boleh?"
Gadis itu terdiam sebentar, karena wajah tampan dari suaminya itu terlalu dekat, jadi dia tidak bisa merespon, karena terlalu fokus kepada wajahnya. "M-memangnya kak Theo mau apa?"
Laki-laki itu kembali menjauhkan wajahnya, dia bisa melihat pipi Erin sedikit memerah. "Saya mau ini." Ibu jari milih Theo mengusap lembut bibir bawah Erin. "Saya mau cium kamu boleh?"
Rona merah itu semakin menyebar, gadis itu menutup matanya. "B-boleh."
Theo tersenyum, telapak tangan besarnya menangkup pipi Erin, sementara yang lain berada di tengkuk gadis itu. "Buka mata kamu Erina, lihat saya."
Erin membuka matanya dan tepat setelahnya dia merasakan benda kenyal dan sedikit basah menyentuh bibirnya, laki-laki itu menatap tepat ke arah iris mata Erin, tatapan nya terlihat lembut sekaligus tampak berbahaya.
Hanna mengerutkan dahinya saat melihat bercak merah di leher temannya itu, ditempat yang tidak bisa ditutupi bahkan jika Erin hari ini dengan sengaja menggerai rambutnya, hari ini Jocelyn tidak bisa bersama mereka karena ada urusan dengan UKM yang dia ikuti.
"Leher lo kenapa?" tanya Hanna langsung.
Entah kenapa gadis itu langsung terlihat panik dan menutupi lehernya yang ditunjuk oleh Hanna. "H-hah, i-ini digigit nyamuk … ini digigit nyamuk kok Han."
"Lah kok panik? Gue kan nanya biasa."
"Digigit nyamuk, bener deh!"
"Gue jadi curiga karena lo panik gini Rin, pasti ini karena suami lo ya?"
"Ih, bukan ini nyamuk!"
Hanna memutar matanya malas. Kalau cuma digigit nyamuk masa sampai panik gini? Kiss mark kali ya?
"Bener deh Han ini tuh …."
"Iya, iya terserah, mau digigit nyamuk kek, digigit suami lo kek, terserah, gue kan cuma nanya, ngapain panik?"
Erin meringis. "Hari ini kak Theo, ganas."
"Hah? Lo kira dia binatang buas? Masa ganas sih."
"Serius Hanna, dia hampir mau buka baju gue."
Hanna mengerjapkan matanya. "Hampir? Emang lo masih belum melakukan 'itu' sama suami lo?"
"Apa? Melakukan apa?"
Masa Hanna harus menjelaskan juga. "Udahlah nggak jadi, ayo cari makanan dulu."
Erin mengerucutkan bibirnya. "Iya, iya ayo." balas Erin lalu mengikuti Hanna.
"Ck, kenapa dia nggak bisa dihubungi sih?" laki-laki itu mengacak-acak rambutnya kasar.
"Kenapa lo? Gebetan lo kabur lagi?"
Theo menatap kedua orang temannya dengan tidak minat lalu kembali untuk fokus pada kertas-kertas yang ada di tangannya.
"Bukan, oh iya hari ini gue mau ke tempat Jesslyn, lo berdua ikut nggak?" tanya Yuta sambil menaruh ponselnya ke atas meja.
"Gas deh, nanti gue bilang Justin juga."
"Lo gimana?" tanya Yuta sambil menyenggol kaki Theo dengan kakinya di bawah meja.
"Nggak bisa, saya harus jemput Erina di kampus," balas Theo.
"Loh, jemput? Sekarang kan bukan hari libur dia?"
"Mulai kemarin, sampai seterusnya, saya akan antar jemput dia."
"Buset, bucin banget ini manusia satu." Jeremy menggelengkan kepalanya tidak paham.
"Lebih baik dari pada saya hanya bisa lihat dia di hari sabtu dan minggu saja."
Yuta menggelengkan kepalanya. "Dipelet nih anak, sampai segitunya nggak bisa jauh dari si Erin."
"Ya sudah ajak saja Erin sekalian, Jesslyn juga pasti senang, mereka berdua kan akrab," ucap Jeremy.
Theo menghela napas. "Saya tanya dia nanti."
Sementara itu Yuta kembali mengambil ponselnya, namun masih tidak ada juga balasan yang masuk dari gadis itu, padahal sudah beberapa kali dia mengirim pesan sejak semalam.
"Dia kenapa sih."
KAMU SEDANG MEMBACA
BETWEEN [KTH] [On Going]
Hayran Kurgu[𝘙𝘰𝘮𝘢𝘯𝘤𝘦/𝘊𝘰𝘮𝘦𝘥𝘺/𝘋𝘳𝘢𝘮𝘢] 𝘌𝘳𝘪𝘯 𝘬𝘪𝘳𝘢 𝘱𝘦𝘳𝘯𝘪𝘬𝘢𝘩𝘢𝘯𝘯𝘺𝘢 𝘥𝘦𝘯𝘨𝘢𝘯 𝘛𝘩𝘦𝘰 𝘢𝘬𝘢𝘯 𝘵𝘦𝘳𝘶𝘴 𝘣𝘦𝘳𝘫𝘢𝘭𝘢𝘯 𝘮𝘶𝘭𝘶𝘴, 𝘺𝘢 𝘱𝘦𝘳𝘯𝘪𝘬𝘢𝘩𝘢𝘯 𝘮𝘦𝘳𝘦𝘬𝘢 𝘣𝘦𝘳𝘫𝘢𝘭𝘢𝘯 𝘴𝘦𝘱𝘦𝘳𝘵𝘪 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘴𝘦𝘩𝘢...