12. Arunika Gadis yang Baik

739 183 51
                                    

    "Kak Erina. Sorry, aku tadi harus piket dulu."

    Erina tersenyum dan menganggukkan kepalanya, lalu meminta gadis mungil itu untuk duduk terlebih dahulu. "Mau pesan sesuatu dulu? Aku traktir."

    "Eh, nggak usah kak."

    "Nggak apa-apa, balasan untuk kemarin karena sudah membiarkan aku menginap, kalau nggak ketemu kamu aku mungkin benar-benar harus menginap di hotel."

    "Astaga kak Erina, itu kan bukan masalah besar."

    "Kamu juga sudah mau mendengarkan aku menangis kan? Ayo pesan sesuatu, pasti kamu lapar setelah pulang sekolah."

    Erin memanggil pelayan untuk meminta menu, pelayan itu memberikan dua buku menu satu untuk Erin dan yang satunya untuk Arunika, mereka berdua sebenarnya bisa akrab jika berteman, hanya saja karena status senior dan junior, mereka hanya mengenal nama masing-masing dan jarang berbicara jika hanya berdua.

    Setelah menyebutkan pesanan mereka, pelayan pergi sambil membawa buku menu, mereka diminta menunggu sekitar lima belas menit, agak lama, namun seperti cukup lumayan mereka jadi bisa mengobrol lama.

    "Aku dengar kak Erina bertengkar dengan kak Yuta ya?"

    Erina mengerutkan dahinya, tidak mengenali siapa yang Arunika bicarakan. "Siapa itu?"

    Arunika tertawa kecil, tidak menyangka bahwa Erina tidak mengingat siapa orang yang kemarin bertengkar dengannya bahkan dia siram dengan air.

    "Yang kakak siram itu loh, aku dengar dari kak Jeremy, mereka iseng sekali menjahili kak Erina, tapi sepertinya mereka berlebihan."

   "Oh dia, aku tidak ingat namanya, tidak penting juga mengingatnya."

    "Marah banget ya kak? Kemarin sudah dimarahin sama pacarnya, teman kak Theo memang seperti itu … kak Erina jangan marah ya? Sebenarnya mereka semua yang membuat kak Theo dan kak Jesslyn berpacaran, karena mereka tidak terlalu suka dengan kak Erina, sepertinya mereka berfikir kalau kak Erina hanya anak kecil."

    Erina menghela napas. "Terserah mereka lah, aku tidak peduli tentang apa yang mereka pikirkan, lalu bagaimana dengan kamu? Bukankah kamu pacaran dengan salah satu dari mereka?"

    Gadis itu tersenyum getir. "Dulu aku juga begitu, mereka meminta aku menjauhi kak Justin, mereka kira aku perempuan nggak benar, karena dekat dengan laki-laki yang umurnya berbeda jauh, tapi kak Justin marah dia tidak terima dengan ucapan teman-temannya, abang aku juga marah, hampir berantem sama kak Jeremy dan kak Yuta, aku kurang paham kenapa mereka seperti itu, makanya aku jarang ikut kalau mereka sedang bersama, hanya mendengar cerita dari kak Justin saja."

    "Sebenarnya yang anak kecil itu kita atau mereka sih? Lucu sekali rasanya memberikan sebuah label, tanpa mengenal lebih jauh, tapi aku cukup puas karena sudah menyiram dia, setelah mendengar cerita kamu."

    "Dulu aku hanya bisa nangis, karena aku memang terlalu cengeng."

    "Kamu terlalu baik Arunika, tidak perlu lagi mendengarkan ucapan tidak penting dari mereka, toh kamu tidak merugikan siapa pun."

    Arunika tersenyum mendengar ucapan Erin. "Dari dulu aku berharap bisa punya teman bicara seperti kak Erina, rasanya nyaman karena kita sama-sama paham gimana rasanya, kak Erina juga tidak perlu memikirkan ucapan teman-teman kak Theo, mereka akan luluh juga nanti."

   "Aku sih benar-benar tidak peduli, rasanya mau mereka luluh atau tidak bukan urusan aku, malas sekali memikirkan pendapat mereka tentang aku."

BETWEEN [KTH] [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang