Erin menatap kedua orang tuanya dengan tidak percaya, disaat dia datang untuk bertemu dengan mereka, sekarang mereka berdua malah ingin pergi berlibur, sudah begitu Erin ditinggal.
"Kamu pulang saja, Theo pasti juga nungguin kamu."
"Mama kejam banget, kalau memang mau pergi kenapa nggak bilang dari awal? Kan Erin nggak perlu ke sini!"
"Mama lupa Erin."
"Papa juga lupa kasih tahu kamu Rin, apa kamu mau ikut?"
"Jangan Erin belum izin sama Theo, lagi pula besok Erin harus pulang."
"Erin ngambek pokoknya!"
Erin tidak mau lagi mendengar penjelasan apa pun, susah banget dia kalau udah ngambek, mending dibiarin saja, nanti juga baik sendiri, terus lupa kalau lagi ngambek.
Gadis itu langsung berlari ke kamar, padahal kalau dihadapi Theo, Erin nggak mungkin menunjukkan sisi yang seperti ini, dia harus tetap terlihat dewasa.
"Nanti pulang mama sama papa bawain oleh-oleh, kamu nggak usah ngambek."
Gadis itu tetap bungkam, memilih untuk menyalahkan TV yang ada di kamarnya dan menyetel nya dalam volume agak keras, untung TV malah diomelin mamanya.
Erin sekarang bingung mau pulang ke apartemen Theo sekarang atau besok, tapi percuma dia di sini sendiri, di apartemen juga sendiri, nggak ada pilihan yang menyenangkan untuk Erin.
Gadis itu menghela napas, lalu melihat ponselnya yang berada di atas meja dan mengambilnya, belum ada balasan dari Theo untuk pesan terakhirnya, yang bertanya apa laki-laki itu tidak terlambat bangun. Sepertinya Theo benar-benar terlambat sampai mengabaikan pesan Erin, padahal sudah dua jam yang lalu.
Sekarang sudah waktunya jam makan siang, Theo sudah berjanji dengan Jesslyn untuk makan siang bersama, entah kenapa akhir-akhir ini ada perasaan aneh dan tidak nyaman saat jalan berdua saja dengan kekasihnya itu.
"Kamu tadi kenapa terlambat?"
Sekarang keduanya berada di salah satu restoran yang agak jauh dari kantor letaknya, karena sebenarnya tidak banyak yang tahu tentang hubungan Theo dan Jesslyn, beberapa bulan lalu perempuan itu baru saja masuk setelah melamar sebagai asisten Theo, dengan kemampuannya sendiri, Theo sama sekali tidak ikut campur, karena itu terjadi sebelumnya mereka berpacaran.
"Saya telat bangun, suara alarmnya tidak terdengar." Theo sebenarnya tidak perlu khawatir jika terlambat di hari biasa, toh dia yang punya perusahaannya, namun hari ini ada rapat penting, untung masih sempat.
"Loh Erin nggak bangunin kamu? Atau kalian sama-sama telat bangun?"
Theo menggelengkan kepalanya. "Erin lagi nggak di apartemen, dia lagi di rumah orang tuanya."
Jesslyn menganggukkan kepalanya paham dengan apa yang terjadi. "Apa nanti malam aku menginap saja? Biar besok pagi kamu nggak telat, kita juga bisa berangkat bareng."
"Kamu nggak keberatan?"
"Tapi Erin kapan pulang, nanti aku takut ganggu."
"Besok, kemungkinan siang atau sore dia pulang, dia bilang sih gitu."
"Ya sudah nanti pulang kantor, antar aku dulu ambil baju buat besok."
Theo menganggukkan kepalanya, lalu melanjutkan makan siang mereka, entah sampai kapan hubungan mereka akan bertahan seperti ini, karena pada akhirnya Theo hanya bisa memilih satu, tidak bisa keduanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
BETWEEN [KTH] [On Going]
Fanfiction[𝘙𝘰𝘮𝘢𝘯𝘤𝘦/𝘊𝘰𝘮𝘦𝘥𝘺/𝘋𝘳𝘢𝘮𝘢] 𝘌𝘳𝘪𝘯 𝘬𝘪𝘳𝘢 𝘱𝘦𝘳𝘯𝘪𝘬𝘢𝘩𝘢𝘯𝘯𝘺𝘢 𝘥𝘦𝘯𝘨𝘢𝘯 𝘛𝘩𝘦𝘰 𝘢𝘬𝘢𝘯 𝘵𝘦𝘳𝘶𝘴 𝘣𝘦𝘳𝘫𝘢𝘭𝘢𝘯 𝘮𝘶𝘭𝘶𝘴, 𝘺𝘢 𝘱𝘦𝘳𝘯𝘪𝘬𝘢𝘩𝘢𝘯 𝘮𝘦𝘳𝘦𝘬𝘢 𝘣𝘦𝘳𝘫𝘢𝘭𝘢𝘯 𝘴𝘦𝘱𝘦𝘳𝘵𝘪 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘴𝘦𝘩𝘢...