19. Tentang Prioritas & Rahasia Masalalu

710 176 59
                                    

    Mobil itu melaju dengan kecepatan cukup tinggi, hingga beberapa kali terdengar suara klakson dari mobil lain yang disalip oleh mobil itu, sementara pengemudinya hanya memikirkan satu hal, dia harus sampai secepat mungkin.

    "Bicara tentang Erina?"

    Gadis itu menggelengkan kepalanya, membuat Theo kebingungan, lalu melihat Erina melambaikan tangannya dan berjalan masuk ke dalam melewati gerbang besar itu.

    "Lalu tentang apa?"

    "Jesslyn."

    Theo mengeratkan kepalannya. "Saya rasa, itu bukan hal yang harus saya bicarakan dengan kamu."

    "Ini tidak ada hubungannya dengan Erina atau perselingkuhan kalian, tapi kemarin teman saya mengatakan dia habis menyelamatkan seorang perempuan bernama Jesslyn."

    "Mungkin orang lain."

    "Dia dikejar oleh mantan pacarnya dan terluka karena pisau, apa itu bukan dia?"

    Mata Theo membesar, jika ceritanya seperti itu, tidak mungkin salah. "Saya pergi! Jangan beritahu Erina!"

    Dengan cepat laki-laki itu melangkah ingin meninggalkan Hanna, namun gadis itu kembali berbicara.

    "Saya tidak tahu, apa sebenarnya masalah yang terjadi, tapi Anda harus tahu, ada seseorang yang harus benar-benar menjadi prioritas Anda, terkadang beberapa pilihan memang sulit, tapi setidaknya akan ada jalan keluar, saya bukan hanya sekedar kenal dnegan Erin, saya sahabatnya. Kami selalu berbagi senyum dan luka, jangan libatkan Erina dalam masalah Anda, jika anda bahkan tidak bisa memilih antara Erin dan kekasih Anda." gadis terlihat seperti orang yang akan berbicara panjang lebar, tapi dia melakukan hal itu demi sahabatnya.

    "Saya titip Erina sama kamu."

    Theo memukul setirnya mengingat kembali apa yang dikatakan oleh gadis itu, mana sebenarnya yang harus dia prioritaskan? Erin istrinya, sementara Jesslyn tanggung jawabnya, dia pernah terluka karena Theo.

    Setelah mobil terparkir, Theo langsung berlari menuju kamar apartemen Jesslyn, membuatnya ditatap oleh orang-orang yang ada di sana, lift terasa sangat lama, dia harus cepat-cepat melihat keadaan Jesslyn.

    Salahnya karena tidak membawa ponsel, kemarin juga dia sama sekali tidak melihat ponselnya, hanya ingin fokus kepada Erin, namun sepertinya itu adalah sebuah pilihan yang salah. Pintu lift terbuka, Theo dengan tergesa-gesa menuju flat Jesslyn dan menekan bel.

    Interkom di samping pintu menyala dan berbunyi. "Siapa?"

    "Jess, ini saya."

    "Theo? Sebentar ya."

    Theo mendengar suara perempuan itu diam-diam menghela napas lega, ternyata dia baik-baik saja, sebenarnya apa yang ada dipikirannya saat ini?

Bip!

    Pintu flat itu terbuka, seorang perempuan dengan perban di lengan dan memar di wajahnya keluar, Theo meringis melihat hal itu.

    "Saya minta maaf."

    Jesslyn tersenyum. "Masuk dulu, kita bicara di dalam."

    Theo mengikuti perempuan itu masuk ke dalam, langkah Jesslyn agak terseok sepertinya keseleo.

    "Duduk, kamu mau minum apa?"

    "Tidak perlu, kita bicara saja, kamu juga duduk."

    Jesslyn menurut, dia duduk di sofa yang berhadapan dengan Theo, dia mencoba menjaga jarak dari laki-laki itu, sesuatu yaang sudah harus dirinya lakukan sejak awal.

BETWEEN [KTH] [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang