Erin menatap pintu apartemen lama, berpikir beberapa kali untuk membuka pintu dan masuk atau memilih pergi ketempat lain, namun rasanya konyol sekali karena perasaan bimbang tanpa dasar yang sekarang dia rasakan.
Pagi ini dia menyalakan ponsel dan mendapati banyak sekali panggilan masuk dari Theo begitu juga isi chat dari laki-laki itu, dia agak menyesal karena mematikan ponselnya kemarin, bahkan dia juga menangis di depan Arunika yang sebenarnya tidak akrab dengannya.
Erin menekan beberapa angka untuk membuka kunci apartemennya, sekarang sudah dua belas siang, butuh waktu lama menyiapkan keberanian untuk pulang ke apartemen.
Begitu masuk Erin disuguhi pemandangan ruang apartemen yang gelap, karena biasanya Erin berada di dalam, jadi lampu apartemen tidak pernah dimatikan kecuali saat mau tidur. Gadis itu menaruh sepatunya di dalam rak, namun dia tidak menemukan sandal miliknya dan hanya ada sandal rumah yang biasa dipakai untuk tamu, mau tidak mau Erin memakainya.
Dia berjalan menuju kamar, saat masuk matanya tertuju pada ranjang yang agak berantakan, sepertinya tidak sempat dirapikan, maklum saja mereka berdua memang orang yang sibukkan?
Akhirnya Erin memilih untuk merapikan kamarnya sebentar, dia juga menemukan sandal kuning miliknya, di depan kamar mandi, sepertinya memang habis dipakai, lagi pula itu hanya sandal biasa, wajar jika ada yang pakai.
Setelah dari kamar Erin beralih ke arah ruang tengah, tadi dia sempat melihat ada bantal dan selimut di atas sofa jadi dia melipat selimut itu dan menumpuknya di atas bantal, nanti akan dia bawa ke dalam kamar.
Setelah kamar dan ruang tamu, Erin sekarang beralih pada dapur, ada bekas piring yang belum dicuci di tempat cucian piring, entah kenapa pekerjaannya jadi banyak, padahal hanya sehari saja. Erin mencoba melihat isi kulkas, ada beberapa bahan makanan, sepertinya baru dibeli kemarin.
Erin lapar, tapi bukan dia yang membeli bahan makanan yang ada di dalam kulkas, tidak bisa dia gunakan begitu saja, jadi hari ini Erin memilih untuk memesan makanan saja untuk makan siang.
"Bakso sepertinya sangat enak, gue mau pesan bakso mercon, terlihat menggiurkan." Erin tidak bisa menahan diri saat melihat gambar-gambar menu dari aplikasi pesan antar tersebut.
Akhirnya dia memutuskan untuk memesan dua menu, karena tidak bisa memilih di antara keduanya, ya tidak apa-apa, toh Erin memang makanya lebih banyak dari orang lain.
Sekitar dua puluh menit, pesanannya datang, tempat nya sedikit agak jauh, tapi untung saja datangnya cepat. Jadi siang itu Erin menikmati makan siangnya dengan tenang, sepertinya setelah makan pikirannya pun akan lebih jernih.
"Halo?"
Erin yang baru saja membuka pintu apartemen nya benar-benar kaget saat mendapati beberapa orang berdiri di depan pintu apartemennya, termasuk Theo berdiri di sana ada Jesslyn juga yang tersenyum agak canggung.
"Wah, halo Erina, maaf kalau kita datang tiba-tiba."
Erina tidak begitu mengenali siapa orang yang sedang berbicara dengan dirinya, tapi sepertinya mereka pernah bertemu. "Ah, silahkan masuk."
Setelah diizinkan masuk beberapa dari mereka langsung menyelonong masuk, sepertinya mereka memang sudah terbiasa datang ke sana sebelum Erin tinggal bersama Theo.
"Kamu kapan pulang? Kemarin kamu nggak angkat pas ditelpon, kamu baik-baik saja kan?"
Erin menoleh ke arah Jesslyn yang menanyai dirinya. "Erin baik kok, cuma kemarin Erin sedikit sibuk, jadi nggak sempat lihat ponsel Erin, jadi baru Erin lihat pagi tadi."
KAMU SEDANG MEMBACA
BETWEEN [KTH] [On Going]
Fanfiction[𝘙𝘰𝘮𝘢𝘯𝘤𝘦/𝘊𝘰𝘮𝘦𝘥𝘺/𝘋𝘳𝘢𝘮𝘢] 𝘌𝘳𝘪𝘯 𝘬𝘪𝘳𝘢 𝘱𝘦𝘳𝘯𝘪𝘬𝘢𝘩𝘢𝘯𝘯𝘺𝘢 𝘥𝘦𝘯𝘨𝘢𝘯 𝘛𝘩𝘦𝘰 𝘢𝘬𝘢𝘯 𝘵𝘦𝘳𝘶𝘴 𝘣𝘦𝘳𝘫𝘢𝘭𝘢𝘯 𝘮𝘶𝘭𝘶𝘴, 𝘺𝘢 𝘱𝘦𝘳𝘯𝘪𝘬𝘢𝘩𝘢𝘯 𝘮𝘦𝘳𝘦𝘬𝘢 𝘣𝘦𝘳𝘫𝘢𝘭𝘢𝘯 𝘴𝘦𝘱𝘦𝘳𝘵𝘪 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘴𝘦𝘩𝘢...