30. Tentang Nama Panggilan

531 137 22
                                    

Budayakan Vote Sebelum Membaca! Belajar untuk saling menghargai!
Happy Reading!
~~~~~~~~~

"Sialan lo berdua, gue ditinggalin sendiri di asrama." Hanna langsung menunjukkan wajah kesalnya saat mereka bertiga bertemu di kantin.

"Siapa ya yang nyuruh gue buat nggak gangguin dia pas lagi pacaran?" balas Jocelyn tidak mau kalah.

"Ya tapi gue cuma jalan doang, lah ini lo berdua nggak pulang anjir, gue seharian kemarin gabut banget di kamar sendirian."

"Kak Theo sakit, masa gue tinggal sih, mana tega."

"Tahu ini Hanna, suami Erin tuh sakit jadi dia nggak bisa pulang."

"Oke kalau Erin gue bisa paham, tapi lo kenapa nggak balik kemarin, malah main ke rumah Erin."

"Gue nganterin obat, Hanna. gue tuh sebagai teman yang baik, jadi harus bantu dia."

"Mulut lo manis banget, bukanya lo jalan sama laki-laki yang pernah lo tonjok itu ya?"

"Mana ada, gila nih Hanna asal saja kalau ngomong."

"Nggak apa-apa Joy, siapa tahu kalau sama lo dia bisa berubah, " ujar Erin.

"Gue yang nggak mau, lagian menurut gue dia itu suka sama kak Jesslyn loh."

"Jesslyn mantan pacar suaminya Erin?" tanya Hanna.

"Iya, tatapannya itu loh, tidak bisa di bohongi, terus dia kalau ngomong sama kak Jesslyn, mendadak lembut gitu, kan kelihatan banget," Jocelyn mencoba menjelaskan hal itu.

"Oh iya baru ingat, kak Theo juga bilang begitu, kak Yuta itu suka sama kak Jesslyn." Erin teringat dengan apa yang kemarin Theo ceritakan.

"Ya nggak apa-apa lah Joy, selama janur kuning belum melengkung, ya pepet saja terus!"

"Hanna nih tipe teman yang suka banget menjerumuskan, lagian gue sama dia nggak ada hubungannya apa-apa, baru dua kali kita ketemu dan gue nggak merasakan apa-apa tuh."

Hanna memutar matanya malas. "Baru dua kali ketemu tapi dia sudah satu kali kena tonjok sama lo, satu kali nolongin lo, terus apa? Dia juga mau anterin lo buat ke rumah Erin, yakin tuh nggak akan terus berlanjut?"

"Ya jangan lah Hanna."

"Kenapa jangan? Lucu loh kalian kalau lagi barengan, berantem terus."

"Lah gue mah cari pasangan yang bisa diajak sayang-sayangan, bukan untuk diajak berantem."

Mulut Erin dan Hanna akhirnya terkatup, ya benar juga sih apa yang Jocelyn katakan, tapi sepertinya ada sesuatu di balik pertemuan Jocelyn dan Yuta yang belum bisa ditemukan jawabannya sekarang.

"Lo tadi dianterin sama suami lo?" tanya Jocelyn.

"Iya, dia maksa buat anterin, nanti juga dia mau jemput gue lagi," ucap Erin yang membuat kedua temannya mengerutkan dahi.

"Lah ngapain?"

"Ya pulang."

"Terus kamar lo gimana?" tanya Hanna tak paham.

"Itu yang gue pikirin, kan sayang banget kalau nggak ditempatin, tapi kak Theo bilang dia bakal cari rumah atau apartemen yang dekat dari kantor dia tapi juga dekat sama kampus, dia nggak mau ditinggal lama-lama."

"Bucin."

"Bucin nya telat banget ya bund, kemarin-kemarin asik sama yang lain sih, giliran ditinggal baru berasa kehilangan sesuatu yang penting," ucap Hanna.

"Ya kan emang begitu siklusnya Han, harus di tinggalin dulu biar tahu mana yang penting dan enggak." Jocelyn menanggapi ucapan temannya itu.

"Yang penting kak Theo mau berubah, gue udah cukup senang dengan itu, dia juga baik banget dan ...."

BETWEEN [KTH] [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang