20. Dia Istri Saya

827 182 95
                                    

    "Jadi lo mau lepasin Jesslyn gitu aja? Gila lo ya?"

    "Yuta. Lo jangan keterlaluan, ini pilihan mereka, lo gak perlu ikut campur, Jesslyn sama Theo punya pilihan mereka sendiri." perempuan cantik itu sedikit menaikkan nada bicaranya.

    "Lo tuh nggak tau apa-apa, Sonya."

    Perempuan itu menaikkan sebelah alisnya. "Lo kalau masih mabok jangan ke sini lah."

    Jesslyn menepuk paha Sonya. "Yuta, Sonya udah jangan ribut lagi, kita pisah karena gue yang minta, udah cukup sampai di sini saja, ini bukan hal yang baik."

    "Tapi dia ...."

    "Gue nggak tau dulu lo berdua ada masalah apa atau lo yang cuma anggap ini masalah, tapi lo nggak berhak ikut campur urusan mereka berdua, mau pisah atau lanjut, itu mereka yang nentuin, bukan lo!"

    Bahkan Theo, Jeremy dan Justin hanya diam saja, kalau sedang seperti ini baik Yuta maupun Sonya tidak ada yang akan mengalah.

    "Cuma gara-gara anak kecil itu, lo berdua pisah, nggak habis pikir gue."

    "Yuta, jaga bicara kamu, Erina itu istri saya, jangan panggil dia dengan sebutan anak kecil."

    "Liat, sekarang bahkan dia belain istrinya itu," ucap Yuta dengan penuh penekanan.

    "Udah lah malah ribut, kita ketemu mau jenguk Jesslyn, bukan berantem. Yut udah lah biarin saja Theo sama Jesslyn pisah, toh ini keputusan yang paling baik."

    "Cuma lo yang nggak suka sama keputusan mereka, nggak tau apa penyebabnya." Jeremy sudah terlalu malas membela Yuta.

    Jesslyn menghela napas. "Yuta, tolong hargai keputusan kita, ini juga yang terbaik buat gue."

    Malam itu Erin, Jocelyn dan Hanna sedang berkumpul sambil memakan camilan, mereka bercerita tentang liburan mereka, tapi topik paling panjang adalah saat mendengar cerita Erina.

    "Gue jadi lo, udah gue kasih tendang masa depannya, biar sekalian dia impoten, untung bukan gue yang ada di posisi lo, bisa abis itu dia dihajar abang gue."

    "Lo harusnya langsung panggil Joy, satu kali dipukul sama Joy kan lumayan tuh, ingat nggak? dulu dia berantem sama ketua geng anak berandalan sekolah? Besoknya mereka langsung takut sama Joy dan dia jadi ketua mereka."

    Jocelyn bertepuk tangan. "Masa-masa terindah, mau beli makanan tinggal suruh mereka saja."

    "Padahal mereka nggak tahu, kalau bos sesungguhnya itu gue." Hanna menaikkan turunkan alis kanannya.

    Jocelyn mau tidak mau mengakui itu, mau jadi bos preman atau apa pun, baginda Ratu nya tetap Hanna, dia ngebabuin orang, sama Hanna dia dibabuin balik.

    "Heran ya, bos geng takut sama Hanna."

    "Gue bukan takut, Hanna tuh kalau ngomel nggak berhenti, dari pada gue diceramahin mending gue nyerah aja deh, pusing."

    "Heh."

    "Tuh lihat, langsung ngegas."

    "Omong-omong soal kemarin, lo bener-bener nggak apa-apa kan Joy?"

    Jocelyn tertawa. "Dia sepertinya agak mabuk, jadi cukup gampang."

    "Untung saja Joy kebetulan lewat, entah apa yang akan terjadi kalau anak ini malah berada di tempat lain, terkadang galau membawa hal yang baik."

    "Omong-omong soal galau, gue lupa cerita, gue putus."

    "Hah?"

    "Serius?"

BETWEEN [KTH] [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang