wanderlust | part 11

8.5K 1.9K 311
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Denver, Colorado

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.







Denver, Colorado.

Harlan tinggal di Denver, Colorado, Amerika Serikat.

Bukan di Jakarta seperti perkiraanku.

Denver.

Aku langsung mengkalkulasi jarak di kepala. Barcelona-Denver pasti setidaknya 8000 km. Lebih parah lagi, Jakarta-Denver pasti dua kali lipatnya. Lama perjalanan menggunakan pesawat dari Barcelona mungkin sekitar 12 jam. Dari Jakarta—ugh, aku miris membayangkannya—mungkin 24 jam.

Tiga tahun lalu, aku mengunjungi New York City untuk menghadiri wisuda Raul. Itu adalah penerbangan transatlantik pertamaku, dengan hampir 30 jam nggak mandi karena dihabiskan di dalam pesawat. Mana kaki jadi bengkak pula, kan. Jadi, membayangkan jarak yang akan membentang antara aku dan Harlan, langsung membuat harapanku pecah seperti balon tertusuk jarum.

Untung aja aku belum terlalu terbuai oleh sosok Harlan—walaupun otot perut dan lengannya seperti punya magnet yang membuat mataku selalu mengarah ke sana.

Yaaa biar gimana juga aku hanya manusia biasa yang sering lemah iman melihat sosok seperti Harlan—not only a feast for the eyes, but also for the mind.

"Mau berhenti dulu dan foto-foto, nggak?" Harlan bertanya ketika kami sampai di lokasi yang cukup datar, nggak banyak orang, dan bisa melihat ke kaki pegunungan.

"Boleh," aku langsung mengiyakan dan menyerahkan ponselku kepada Harlan.

Harlan menerima ponsel tersebut dan terdiam sejenak melihat layarnya. Ia lalu berkomentar sambil tersenyum, "Ini kamu bikin kue sendiri?"

Harlan mengomentari wallpaper ponselku—aku memegang cake buatanku sendiri, dengan wajah capek dan kotor karena tepung, bekas fondant, dan sisa buttercream frosting.

Aku mengangguk malu, "Iya."

"Cake looks good," Harlan tersenyum lebih lebar. Ia memicingkan mata dan mendekatkan layar ponsel ke wajahnya. "Waktu Mama kamu ulang tahun?"

happenstanceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang