Hi semua,
Buat yang nunggu-nunggu lanjutan Wanderlust minggu lalu, maaf ya hidup saya lagi banyak masalah dan pikiran, hehe. Ada puncak project besar yang sedang berjalan, jadi otak nggak bisa diajak kompromi untuk mikir yang lain. Dan alhamdulilah karena project-nya udah berakhir dengan supersukses sehingga membuat semua yang terlibat bahagia, jadinya weekend ini bisa nulis lagi. Inipun rasanya energi masih drained banget hehe.
Selamat membaca ya, semoga menghibur. Bagi yang ninggalin komen, makasih banyak karena sudah membuat hari saya cerah karena isinya lucu-lucu gemesin. Thank you semuanya!
Moray, MarasGue memandang ponytail Sophia, yang bergerak ke kanan-kiri seiring dengan langkah kakinya, dengan pikiran nggak fokus.
Alfonso, guide yang disediakan oleh hotel untuk menemani kami menyusuri beberapa situs di pegunungan Andes, bercerita dengan semangat mengenai filosofi dibalik lubang lingkaran bertingkat raksasa menyerupai amfiteater (walaupun di mata gue lebih seperti crop circles buatan alien), dalam bahasa Inggris yang berat dengan aksen Amerika Selatan. Sophia mendengarkan, seperti biasa, dengan sangat tertarik. Sesekali mengangguk dan bertanya karena ada beberapa hal yang menarik perhatiannya.
"Wow, ini keren banget, ya, Lan." Ujar Sophia sambil memutar badannya, kini menghadap gue yang mungkin kelihatan seperti zombie. "Maksudnya, siapa yang nyangka kalau terasering kayak gini untuk nyoba teknik pertanian yang berbeda dan beda suhu antara dasar lingkaran sampai ke tingkat paling atas sampai 15 derajat celcius?"
Not me, apparently. I didn't live in Inka's period.
"Udah lama aku nggak mendengar istilah terasering," komentar gue malah nggak nyambung.
Damn you, brain. Please focus.
KAMU SEDANG MEMBACA
happenstance
RomanceIntertwined stories about people who meet in unexpected times, unplanned circumstances, and fortuitous serendipity. #1 wanderlust: Harlan Malik memberikan waktu lima tahun bagi dirinya untuk keliling dunia menjadi travel photographer/writer sebelum...