"Lo yakin kita nggak harus validasi tiket ini di mana gitu?"
"Kayanya nggak, nanti sebelum masuk kereta pasti ada semacam kondektur yang akan meriksain karcis."
Gue nggak merasa yakin dengan jawaban Harper. Sambil bolak-balik memandang tiket di tangan dan sekeliling, gue yakin ada suatu mekanisme yang dilakukan oleh dinas transportasi Budapest untuk meyakinkan bahwa tiket yang dipegang oleh para pengguna metro hanya bisa digunakan sekali sesuai tujuannya.
Ya kalau nggak, bisa rugi lah.
Kalau commuter line Jabodetabek aja punya gate untuk validasi tiket, seharusnya Budapest juga punya.
Namun melihat Harper yang tampaknya sangat percaya diri, gue memutuskan untuk mengikuti saja keputusannya. Lagi pula, apa sih hal buruk yang bisa terjadi dengan nggak memvalidasi tiket?
Gue dan Harper berjalan memasuki peron di stasiun Kossuth Lajor ter, yang interiornya terlihat seperti stasiun lama zaman Hungaria di bawah komunisme. Karena keberadaan gue di sini untuk menemani Harper, maka gue hanya menemani Harper ke tempat-tempat yang mau ia kunjungi. Dan setengah sisa hari ini, setelah mengunjungi Parliament Building yang memang seimpresif yang terlihat di foto-foto, Harper memutuskan untuk mengunjungi daerah Buda Castle.
Semalam, karena nggak bisa tidur, gue membaca sejarah Budapest dan akhirnya tahu bahwa tahun 1874, ada tiga kota (Buda, Pest, dan Obuda) yang merger menjadi satu. Hence the name Budapest.
KAMU SEDANG MEMBACA
happenstance
RomanceIntertwined stories about people who meet in unexpected times, unplanned circumstances, and fortuitous serendipity. #1 wanderlust: Harlan Malik memberikan waktu lima tahun bagi dirinya untuk keliling dunia menjadi travel photographer/writer sebelum...