Day 4 | New York Café, Budapest
Harper nggak banyak berbicara sepanjang sisa hari kemarin. Setelah gue melemparkan kata-kata yang mungkin membuat dia caught off guard.
Tapi apakah gue menyesal?
Dulu mungkin iya. Sekarang, not so much. Because I meant it.
Apalagi ketika reaksi Harper hanyalah ekspresi yang terlihat malu sampai nggak tahu harus berkata apa-apa. Not in a million years gue menyangka bisa melihat Harper kehilangan kata-kata.
Tapi itu nggak memberikan gue garansi bahwa nggak bakalan ditampar Harper kalau tiba-tiba langsung menciumnya saat itu juga.
Pagi ini, Harper mengajak untuk brunch di New York Café, salah satu kafe yang paling terkenal di Budapest. Ketika menginjakkan kaki di dalamnya, gue tahu alasannya.
Berada di dalam bangunan yang sudah berdiri lebih dari 120 tahun, interior New York Café perpaduan antara dekor yang luxurious dengan lukisan penuh warna di langit-langitnya yang tinggi, pilar marmer dengan detail warna emas yang meliuk-liuk, dan chandelier yang tampaknya terpasang setiap satu meter. It's so overwhelming that it's beautiful.
KAMU SEDANG MEMBACA
happenstance
RomanceIntertwined stories about people who meet in unexpected times, unplanned circumstances, and fortuitous serendipity. #1 wanderlust: Harlan Malik memberikan waktu lima tahun bagi dirinya untuk keliling dunia menjadi travel photographer/writer sebelum...