Dovetail | Part 13

4.3K 1K 150
                                    


Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Chess Board in a Park, Sarajevo


It was so heartbreaking to see Rama crying.

Aku selalu merasa bahwa adalah sebuah ketidakadilan dari society yang menuntut bahwa laki-laki nggak boleh menunjukkan jenis emosi seperti menangis. They have the right to cry. Dan ketika Rama menangis di pundakku, hatiku seperti terpilin dan merasakan perihnya yang dirasakan Rama saat itu. Sepuluh tahun yang lalu mungkin dia hanya punya Harlan. Kali ini, setidaknya ada aku menemaninya melalui semua ini.

"Kalau mood gue lagi jelek, biasanya untuk membuat hati menjadi lebih enteng, gue akan makan es krim." Aku melingkarkan tangan kiri pada lengan kanan Rama. "Mau cari es krim?"

Rama, yang sedang bersamaku duduk di bangku taman sambil memperhatikan para lansia memainkan catur raksasa di ruang terbuka di hadapan kami, tersenyum tipis. Air matanya sudah mengering namun tatapan matanya terasa kosong.

"Lo mau?" ia justru bertanya balik.

"Kalau lo mau, ayok. Kalau masih mau di sini nontonin pensiunan main catur dengan pion sepertiga tinggi badan mereka pun ayok aja."

Rama menunduk, jemari tangannya saling terjalin di pangkuan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Rama menunduk, jemari tangannya saling terjalin di pangkuan. Aku masih bisa merasakan betapa hancur hatinya. Memiliki orang tua yang berpisah mungkin dialami banyak orang, tapi dengan magnitude masalah dan publisitas seperti ini, mungkin hanya satu-dua orang yang mengalami.

happenstanceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang