Day 8
The Tunnel of Hope, Sarajevo
"Mana terowongannya, ya? Kok nggak kelihatan?" Harper menutup pintu mobil sambil memasang kacamata hitam di wajahnya. Matahari Sarajevo pagi ini silau luar biasa.
Gue mengunci pintu mobil lalu berkomentar, "Kalau kelihatan nanti gampang buat jadi sasaran tembak, lah. Namanya juga terowongan untuk meloloskan diri saat perang."
"Kenapa, sih, kamu selalu punya jawaban untuk segala hal? Ini kan aku hanya berkomentar, nggak berharap ditanggapi."
"Kalau nggak mau ditanggapi, jangan ngomong keras-keras. Dalam hati aja. Lagi pula," gue nyengir lebar ke arah Harper, "kalau nggak ditanggapi, nanti kamu marah. Kan serba salah jadi cowok."
Harper manyun. Gue tertawa lalu merangkul bahunya dan mengarahkan masuk ke sebuah rumah bertingkat dengan kondisi yang menyedihkan.
Seharusnya kami mengunjungi terowongan Sarajevo ini kemarin.. Namun karena gue mengalami emotional breakdown, jadi semua rencana batal dan kami hanya menghabiskan waktu berjalan kaki mengelilingi tengah kota.
KAMU SEDANG MEMBACA
happenstance
RomanceIntertwined stories about people who meet in unexpected times, unplanned circumstances, and fortuitous serendipity. #1 wanderlust: Harlan Malik memberikan waktu lima tahun bagi dirinya untuk keliling dunia menjadi travel photographer/writer sebelum...