happenstance | part 3

6.1K 1.1K 312
                                    



Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Barcelona, Spanyol


--------------

Ella : Buenas tardes, mi hermana.

Ella : Bagaimana hari ini? Sudah memutuskan untuk memberi tahu kami semua yang masih penasaran siapa Harlan si fotografer?

Ella : Apakah kamu akan membawa dia pulang? :D

Ella : Saking penasarannya aku sampai googling, nggak ada Harlan yang penampakannya kayak Harlan kamu.

--------------


Aku meringis ketika melihat pesan dari Ella di layar ponsel. Sambil menyalakan televisi dan memilih Netflix di layar, aku mengedarkan pandangan ke sekeliling. Apartemenku terlihat hampir kosong, kecuali furnitur besar yang memang sudah ada sejak aku pindah dua tahun yang lalu. Hampir semua barang-barangku sudah di-pack, dikirim melalui jasa freight forwarding ke Jakarta beberapa hari yang lalu sehingga yang tersisa hanyalah perlengkapan esensial dalam dua koper yang berdiri di sudut ruangan.

Sudah lebih dari dua minggu sejak Harlan meninggalkanku di di Cusco, pergi membawa sekeping hatiku yang sampai saat ini masih terasa kosong. Perasaan waktu putus sama Mario, aku nggak gini-gini amat.

"It's because you have experienced what it's like to be with him. You found it didn't go well and you moved on," ujar Eva sok tahu sambil menyesap pisco sour di sebuah restoran pinggir pantai kota Lima ketika kami berdua makan malam beberapa waktu lalu. "But with Harlan? The chapter is not closed. The possibility is still endless."

Tapi tadinya kupikir dengan berjalannya hari, dengan jarak yang memisahkan, dengan Harlan yang menghilang tanpa kabar—aku akan dengan mudah melupakannya. Atau pelan-pelan dia akan hilang dari ingatan.

But who am I kidding? Nobody can easily forget Harlan.

Selama beberapa menit aku mengklik tombol pada remote televisi, namun dari berjuta pilihan, aku nggak menemukan satupun yang menarik perhatian. Akhirnya aku beranjak dan membuka pintu balkon dan berdiri bersandar pada railing besi.

happenstanceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang