wanderlust | part 12

8.4K 1.8K 257
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Kalau sepanjang menanjak ke puncak Huayna Picchu tadi Sophia nggak berhenti-berhentinya bertanya, "Masih jauh nggak, sih?" atau "Duh, lututku rasanya udah mau lepas." Hal sebaliknya terjadi ketika kami berjalan turun kembali menuju Machu Picchu.

Sophia nggak banyak berkomentar. Tampaknya ia terlalu fokus menuruni tangga sambil berpegangan pada anak tangga sebelumnya—seperti reverse-crawling—karena jalur turun dari puncak Huayna Picchu lebih terjal dari jalur naik.

Gue jalan di depan Sophia, berjaga-jaga takut ia terpeleset masih ada gue yang bisa menahannya dari terguling ke dasar sungai Urubamba. Meskipun lambat, Sophia berhasil menjaga konsistensi langkahnya. Ia nggak sedikit-sedikit berhenti seperti ketika menanjak, tapi sekalinya berhenti, lumayan lama juga karena ia terlihat seperti gemetaran.

"Kalau nanjak, kan, aku nggak lihat apa yang ada di bawah. Hanya fokus ke atas." Katanya saat kami melipir sedikit membiarkan orang lain mendahului. "Lah kalau ini, tujuannya ada di bawah. Mau nggak mau, kan, harus lihat ke bawah—dan bikin aku paranoid bagaimana kalau nanti jatuh."

"Don't worry, I'll catch you." Komentar gue singkat sambil menghabiskan sisa air di botol minum, lalu menyadari bahwa Sophia kelihatan tersipu mendengar kata-kata gue barusan. Ia melihat ke arah gue dan berusaha menyembunyikan senyum—but the way her eyes light up makes may day. Ia nggak mengatakan apapun selain memasukkan botol minumnya ke dalam ransel dan mulai kembali berjalan.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
happenstanceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang