Day 10
Kotor, Montenegro ke Dubrovnik, Kroasia
Can you dislike someone but still love them?
Dulu, kalau Harlan bikin aku kesal biasanya dia suka datang dengan membawa bubble tea. Tanda permintaan maaf. Mulai dari membuatku menunggu selama hampir dua jam di sekolah karena dia lupa ngabarin kalau pergi nonton bioskop sama pacar barunya sampai memintaku berbohong kepada Bunda bilang kalau yang memecahkan vas raksasa di pintu masuk adalah kucing, bukan bola basketnya.
Selalu bubble tea. Kadang hanya sehari, pernah juga setiap hari selama dua minggu berturut-turut. Tergantung seberapa besar damage yang terjadi.
Dan aku selalu memaafkannya.
Bukan karena aku benar-benar memaafkannya, tapi lebih karena... ya masa saudara kembar sendiri nggak dimaafin? Padahal seringnya hati masih mangkel.
Jadi semalaman aku ngasih silent treatment kepada Harlan. Membiarkan Rama yang mengajaknya ngobrol. Sampai di apartemen Alex, tanpa basa-basi aku langsung tidur, membungkus diri dengan selimut. Well, oke, aku nggak tidur, sih. Namun googling si Sophia Hidajat. Penasaran kayak apa cewek yang membuat Harlan tega membiarkanku traveling sendirian.
Surprisingly, she seems... nice. Cantik, tapi kelihatan rendah hati nggak sok kecakepan. Nggak kayak cewek-cewek yang sering mencoba menarik perhatian Harlan.
Selama "riset" tentang Sophia yang kayak princess, samar-samar aku mendengar suara Rama dan Harlan mengobrol di teras apartemen. Namun setelah sekitar satu jam, suara mereka berdua menghilang. Mungkin pergi ke café yang masih buka buat duduk-duduk.
Bodo amat. Aku nggak peduli. Dan kemudian aku tertidur tanpa menunggu mereka kembali.
"Cuma tinggal ngikutin jalan ini aja, kan?" pertanyaan Harlan membuyarkan lamunanku.
KAMU SEDANG MEMBACA
happenstance
RomanceIntertwined stories about people who meet in unexpected times, unplanned circumstances, and fortuitous serendipity. #1 wanderlust: Harlan Malik memberikan waktu lima tahun bagi dirinya untuk keliling dunia menjadi travel photographer/writer sebelum...