Day 12 - Zagreb, Kroasia
"Kenapa mata kamu kayak nempel di layar handphone?" aku menginvasi ruang personal Harlan dengan menempatkan kepala di antara dia dan ponselnya.
Harlan buru-buru menarik ponsel dan menjauhkannya dari jangkauanku. Ekspresinya keliatan terganggu. "Mana si Rama? Udah rapi dia?"
Aku nggak langsung menjawab pertanyaannya, yang jelas-jelas mengalihkan pembicaraan. "Pasti lagi zoom in-zoom out fotonya Sophia Hidajat, ya? Apa lagi chatting?" aku menggoda Harlan dengan pura-pura mengambil ponselnya. Keningnya langsung berkerut dalam, ekspresinya merasa terganggu.
"Kenapa muka kamu begitu?" aku meraih roti yang ada di atas meja, menyobek sekepal, dan mulai menggigitnya.
"Bisa nggak, sih, kamu nggak usah komentar tentang semua hal yang kulakukan?"
Aku pura-pura berpikir sebelum menjawab, "Hmmm... itu kayak minta kamu nggak dilahirkan kembar." Aku nyengir lebar, "Nggak mungkin."
Ia mengembuskan napas terlihat kesal lalu bersandar di sofa. Wajahnya kelihatan kecut. Ini pasti ada hubungannya dengan Sophia-Sophia.
"Dia sekarang ada di Barcelona, ya?" tanyaku sambil mengunyah roti.
"Dia siapa?"
"Sophia, your princess."
Jawabanku membuat Harlan menoleh dan mengernyitkan dahi lebih dalam. "Tau dari mana?"
Aku mengangkat ponsel. "Bukan hanya kamu yang stalking dia," kataku sambil nyengir lebar.
Harlan mendengus lalu memejamkan mata.
"Mumpung kamu masih di sini, nggak pengin nyamperin dia ke Barcelona?" tanyaku, berusaha nggak berbicara dengan suara ngeselin yang bisa bikin suasana hati Harlan tambah suram.
"Ada yang bilang kalau kamu sok tahu?"
"Banyak," aku mengangkat bahu. "Tapi nggak membuatku jadi diam juga, sih."
KAMU SEDANG MEMBACA
happenstance
RomanceIntertwined stories about people who meet in unexpected times, unplanned circumstances, and fortuitous serendipity. #1 wanderlust: Harlan Malik memberikan waktu lima tahun bagi dirinya untuk keliling dunia menjadi travel photographer/writer sebelum...