Chapter 11

3.3K 363 13
                                    

بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ
___

وَقُلْ لِّلْمُؤْمِنٰتِ يَغْضُضْنَ مِنْ اَبْصَارِهِنَّ وَيَحْفَظْنَ فُرُوْجَهُنَّ وَلَا يُبْدِيْنَ زِيْنَتَهُنَّ اِلَّا مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَلْيَضْرِبْنَ بِخُمُرِهِنَّ عَلٰى جُيُوْبِهِنَّۖ وَلَا يُبْدِيْنَ زِيْنَتَهُنَّ اِلَّا لِبُعُوْلَتِهِنَّ اَوْ اٰبَاۤىِٕهِنَّ اَوْ اٰبَاۤءِ بُعُوْلَتِهِنَّ اَوْ اَبْنَاۤىِٕهِنَّ اَوْ اَبْنَاۤءِ بُعُوْلَتِهِنَّ اَوْ اِخْوَانِهِنَّ اَوْ بَنِيْٓ اِخْوَانِهِنَّ اَوْ بَنِيْٓ اَخَوٰتِهِنَّ اَوْ نِسَاۤىِٕهِنَّ اَوْ مَا مَلَكَتْ اَيْمَانُهُنَّ اَوِ التَّابِعِيْنَ غَيْرِ اُولِى الْاِرْبَةِ مِنَ الرِّجَالِ اَوِ الطِّفْلِ الَّذِيْنَ لَمْ يَظْهَرُوْا عَلٰى عَوْرٰتِ النِّسَاۤءِ ۖ

"Katakanlah kepada wanita yang beriman: "Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan memelihara kemaluannya, dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak daripadanya. Dan hendaklah mereka menutupkan kain kudung ke dadanya, dan janganlah menampakkan perhiasannya, kecuali kepada suami mereka, atau ayah mereka, atau ayah suami mereka, atau putra-putra mereka, atau putra-putra suami mereka, atau saudara-saudara laki-laki mereka, atau putra-putra saudara laki-laki mereka, atau putra-putra saudara perempuan mereka, atau wanita-wanita Islam, atau budak-budak yang mereka miliki, atau pelayan-pelayan laki-laki yang tidak mempunyai keinginan (terhadap wanita) atau anak-anak yang belum mengerti tentang aurat wanita."

(QS. An Nuur (24) : 31)

🌷🌷🌷



.





Perlahan aku membuka mata, samar-samar kulihat sekeliling ruangan ini. Bau obat, pikirku. Sekonyong-konyong kepalaku sedikit pusing. "Awh," ringisku.

"Aya, kamu udah bangun, Nak?" tanya umi khawatir, lalu umi memberikan minum dengan tangan lemas kuraih gelas itu dan kuminum hingga tandas.

"Kurang? Mau lagi?" tanya umi, aku mengangguk. Hampir tiga gelas aku minum air putih, tenggorokanku benar-benar kering kerontang. Seperti tidak minum bertahun-tahun, setelah tiga gelas habis, kini tenggorokanku sudah basah dan segar.

"Umi? Apa yang terjadi?" tanyaku, terakhir yang kuingat hanya keliling lapangan lalu melihat Bang Anan. Apa aku sampai pingsan?

"Aya! Alhamdulillah akhirnya kamu sudah sadar. Abang khawatir banget sama Aya. Apa masih ada yang sakit? Atau pusing?" tanya Bang Anan beruntun. Berarti Bang Anan yang sudah membawaku ke sini? Itu artinya dia menggendongku? Eh, kenapa tiba-tiba pipiku memanas? Aya, tahan! Tapi itu hal yang tidak mungkin! Mustahil! Stop being stupid!

"Aya? Kamu gak apa-apa 'kan?" Bang Anan melambaikan tangannya tepat di depan wajahku. Berhenti untuk bersikap bodoh, Alya!

"A-ya gak pa-pa kok, Bang."

"Apa ada yang pusing?" aku menggeleng.

"Haus?" aku menggeleng.

"Tadi adikmu udah minum air tiga gelas," kata umi. Bang Anan terkejut. "Benarkah? Ini pasti karena Aya dehidrasi, sampai pingsan." Bang Anan seperti sedang menahan marah.

Goresan Hati (Terbit) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang