Chapter 2

6.1K 532 10
                                    

بسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيم
___

قُلْ أَطِيعُوا۟ ٱللَّهَ وَأَطِيعُوا۟ ٱلرَّسُولَ فَإِن تَوَلَّوْا۟ فَإِنَّمَا عَلَيْهِ مَا حُمِّلَ وَعَلَيْكُم مَّا حُمِّلْتُمْ وَإِن تُطِيعُوهُ تَهْتَدُوا۟ وَمَا عَلَى ٱلرَّسُولِ إِلَّا ٱلْبَلَٰغُ ٱلْمُبِين

Katakanlah : "Taat kepada Allah dan taatlah kepada rasul; dan jika kamu berpaling maka sesungguhnya kewajiban rasul itu adalah apa yang dibebankan kepadanya, dan kewajiban kamu sekalian adalah semata-mata apa yang dibebankan kepadamu. Dan jika kamu taat kepadanya, niscaya kamu mendapat petunjuk. Dan tidak lain kewajiban rasul itu melainkan menyampaikan (amanat Allah) dengan terang."

(QS. An Nur (24) : 54)

🌷🌷🌷







Mataku membulat penuh, jika tidak terpasang erat mungkin mataku sudah terlepas dari tempatnya. Sungguh demi apapun aku sangat terkejut, mengapa dia yang aku hindari justru muncul tiba-tiba seperti jin?

Aku belum siap jika harus bertemu dengan mereka semua.

Apa yang harus aku katakan ketika mereka bertanya tentang perubahanku?

AKU TIDAK SIAP!

Jika saja ada alat yang bisa membuat seseorang hilang secara tiba-tiba, please aku pinjam sebentar.

Sebentar saja.

"Aya, keluar."

Ucapannya begitu dingin, aku merinding mendengarnya. Mungkin dia juga sangat terkejut melihat penampilanku kini yang sangat jauh dari nasehatnya dan abi selama ini. Satu hal yang pasti ... aku tidak peduli.

Jantungku berdesir, wajah tampannya tidak pernah berubah, bahkan lebih ... tampan. Wajahnya yang teduh, alisnya yang tebal seperti aspal, matanya hitam sempurna, rahang yang tegas, hidung bangir, alis lebat, dan bibir yang ... memesona.

Benar-benar perpaduan yang sempurna bukan? Semua wanita pasti akan tertarik padanya. Hanya wanita buta dan penderita alexithymia yang tidak tertarik pada pria dihadapanku saat ini. Pria pertama yang sudah mencuri kunci dan membuka seenaknya hatiku tanpa izin, hingga lupa mengunci kembali hatiku. Bahkan kunci itu masih ia simpan hingga saat ini, bagaimana mungkin aku bisa menutup kembali hatiku sedangkan kunci dan gemboknya sudah dia ambil.

Menyebalkan!

Siapapun, tolong aku. Bagaimana caranya menutup hatiku kembali. Ah sial! Tidak bisa, mengapa sulit sekali mengambil kembali kunci itu? Aku sangat gamam.

"Aya, keluar!"

Suara itu kembali merebak ke indra pendengaranku. Kini suaranya semakin dingin namun sangat tegas. Sebelumnya Bang Anan tidak pernah berkata sedingin ini padaku. Ingat, tidak pernah.

Perlahan kubuka pintu mobil bapak tidak dikenal itu. Kulangkahkan kakiku keluar, kepalaku masih nyaman menunduk. Aku tak kuasa melihat wajahnya, pria yang ternyata hanya 'abang angkatku'.

"Ikut abang," titahnya dingin. Tangannya menggandeng tanganku, namun tidak secara langsung. Hoodieku menjadi penghalang diantara kami. Semenjak umurku 5 tahun, dan umur Bang Anan 10 tahun, kami sudah tidak pernah lagi bergandengan tangan, tidur sekamar, merangkul dan hal lainnya yang membuat kami bersentuhan secara langung. Abi Adam juga tidak mengizinkan kami untuk bersentuhan kulit secara langsung. Awalnya aku bingung saat itu, mengapa abiku melarang? Bukannya dulu hal seperti ini sudah biasa kami lakukan? Tapi semenjak abi mengatakan bahwa kami bukan mahrom aku mengangguk. Walau sebenarnya aku tidak tahu apa arti mahrom saat itu. Namun setelah aku tahu apa arti dari kata itu, saat itu pula aku memutuskan untuk pergi dari rumah.

Goresan Hati (Terbit) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang