Chapter 43

2.5K 314 6
                                    

بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ
___

ثَلاثَةٌ لا تُرَدُّ دَعْوَتُهُمْ الإِمَامُ الْعَادِلُ وَالصَّائِمُ حِينَ يُفْطِرُ وَدَعْوَةُ الْمَظْلُومِ 

“Tiga golongan yang tidak akan ditolak do’anya; seorang imam yang adil, seorang yang berpuasa tatkala berbuka dan do’anya orang yang terzalimi.”

(HR. Tirmidzi: 2525)

🌷🌷🌷

.

.





Sesuai dugaan, hari-hari kami kembali sepi. Tanpa ada celotehan dari Ayla dengan berbagai ekspresi. Pagi ini, aku sarapan dalam keheningan dengan Dokter Dhanu. Hanya ada bunyi dentingan sendok yang saling bersahutan, sarapan pagi ini juga masih dia yang memasak. Masakannya sangat enak, yaitu tumis tahu saus tiram. Dokter Dhanu selain berprofesi sebagai Dokter, ternyata dia juga memiliki bakat menjadi chef.

Drt... drt.

Ponselku bergetar, sengaja mode silent karena lagi makan. Aku membukanya ternyata sebuah pesan.

From : Farhan.
Hari ini dapat tawaran dari geray_hijab.muslimah untuk influencer produk keluaran terbaru mereka. Lo mau 'kan? Jam 10 ketemuan di kafe biasa, kita pemotretannya di puncak.

Drt... drt.

Satu pesan lagi.

From : Farhan
Uangnya lumayan, mereka berani kasih banyak. Karena followers lo yang semakin bejibun itu, dan karena itu bisa jadi peluang besar geray mereka untuk jadi yang pertama.

Aku terdiam cukup lama membaca pesan dari Farhan. Ada yang mengganjal. Pertama, bukannya Farhan lagi di Yogyakarta? Kenapa bisa nawarin beginian? Kedua, pemotretannya di puncak? Aku tidak menjamin Dokter Dhanu akan mengizinkan. Masalah followers, aku juga heran, setiap harinya hampir puluhan orang mem-follow akun instagramku, dan kuyakin mereka itu haters karena tidak bisa mendapatkan Dokter Dhanu, terbukti dari komentar julid mereka.

"Pesan dari siapa?" tanyanya, mungkin ia juga penasaran dari raut wajahku yang langsung berubah setelah membaca pesan ini.

"Farhan," jawabku seadanya.

"Farhan yang kurang ajar itu? Yang pernah jadi Dokter di rumah sakit saya?" tanya Dokter Dhanu memastikan, aku hampir tergelak saat ia mengenal Farhan sebagai seorang yang 'kurang ajar' mungkin julukan itu ia berikan saat Farhan seenak jidat mengatakan mungkin kita jodoh saat di Yogyakarta waktu itu.

Aku mengangguk.

"Ada apa?" tanyanya lagi.

"Mau pemotreran keluaran produk terbaru dari geray hijab," jawabku.

"K-kamu endorse?" tanya Dokter Dhanu terkejut, aku hanya mengangguk seadanya.

"Sejak kapan?"

"Sejak kuliah, dan Farhan yang jadi fotografer gratis saat ada toko yang mau influencer produk mereka," jawabku, sejak kuliah dulu Farhan lah yang menawarkan diri untuk menjadi fotografer gratis memfotoku dan produk yang akan dijual.

Goresan Hati (Terbit) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang