بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ
___لاَ تَحْقِرَنَّ مِنَ الْمَعْرُوفِ شَيْئًا
“Janganlah kamu meremehkan kebaikan sedikit pun.”
(HR. Muslim: 6857)
🌷🌷🌷
.
.
Satu minggu sudah aku berdiam diri di rumah tanpa melakukan aktivitas apapun. Lontang-lantung bagai ulat pohon, tidak jelas. Dari pagi-pagi buta tadi Dokter Dhanu sudah pergi ke rumah sakit, dan hanya menitipkan pesan. "Jangan lupa shalat subuh."
Pertanyaannya selalu itu setiap waktu, bukan pertanyaan sepasang manusia yang biasa ditanyakan seperti. "Jangan lupa makan, jangan lupa mandi, jangan lupa minum."
Okelah, itu pertanyaan yang cukup alay menurutku. Dan aku juga tidak suka ditanya seperti itu. Suamiku cukup berbeda dengan kebanyakan laki-laki di luar sana yang secara spontan menyatakan keromantisannya, Dokter Dhanu berbeda. Tentunya dengan sedikit keanehannya.
Seminggu yang lalu juga setelah dia melarangku untuk pemotretan, aku langsung menolak tawaran Farhan yang cukup dibilang lumayan itu. Namun, dia hanya membaca chat-ku saja tanpa membalasnya. Dari zaman kuliah dulu, jika Farhan bersikap seperti itu, tandanya dia sedang marah. Tapi biarlah, toh tidak penting juga.
Aku juga heran mengapa dia menjadi seperti sekarang ini. Dulu dia pernah cerita kalau cita-citanya ingin menjadi fotografer terkenal dan kuliah di Royal College of Art London. Universitas itu adalah universitas seni ternama yang menawarkan gelar S2 untuk fotografi di London. Universitas ini menduduki peringkat pertama di QS World University Rankings 2019 untuk jurusan seni dan desain. Tidak heran memang Farhan memiliki impian kuliah di sana, karena semangat dan cita-citanya begitu kuat, jadi dia tipe orang yang akan terus berusaha untuk mendapatkan apa yang diinginkannya. Patut diacungi jempol, sih. Bakatnya sudah mulai tampak saat dia mengambil foto alam, bunga atau matahari. Walau kadang sikap jahilnya muncul dan memfotoku tiba-tiba secara candid.
Oleh karena itu aku 'memanfaatkan' bakatnya itu untuk menjadi fotografer 'gratis'ku. Bukan, aku tidak memanfaatkannya, hanya saja dia yang serta merta memberikan tawaran. Bukankah rezeki itu tidak boleh ditolak?
Tapi ntah mengapa tiba-tiba tanpa angin dan hujan dia bisa masuk ke universitas yang sama denganku, jurusan yang sama pula. Sangat berbanding terbalik dengan hobinya. Dulu saat SMA, Farhan begitu takut dengan semua apapun yang berhubungan dengan organ dalam manusia, terbukti saat ada salah satu siswi yang lututnya robek karena terjatuh di lapangan, dan kebetulan saat itu kami tengah pelajaran olahraga. Tahu bagaimana reaksi Farhan? Bukannya membantu, dia malah berlari menuju kelas dan menangis di kolong meja. Mungkin cuma Farhan teman dekatku selama SMA hingga kuliah.
Eh, kok jadi nostalgia gini, sih?
"Kamu lagi mikirin apa?"
Sontak aku langsung menegakkan tubuhku ketika mendengar suara yang sudah sangat kuhapal itu. Dokter Dhanu memakai kemeja hitam dengan dua kancing atas terbuka, rambut yang sedikit acak-acakan. Dan... raut wajah yang terlihat kesal.
"Astaghfirullah, Pak! Kebiasaan banget, sih! Suka datang tiba-tiba kayak setan!" cecarku kesal.
Dokter Dhanu menatapku dengan satu alis terangkat. "Mana ada setan yang ganteng kayak saya."
KAMU SEDANG MEMBACA
Goresan Hati (Terbit)
RandomSetiap orang punya porsi kebahagiaannya masing-masing. Katanya, kebahagiaan akan menghampiri setelah badai datang menerjang diri. Pada akhirnya akan bahagia meski banyak proses yang dilalui. Tapi aku merasa porsi kebahagiaanku tidak sesuai. Mungkin...