Chapter 17

3K 366 19
                                    

بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ
___

وَإِن تَعُدُّوا۟ نِعْمَةَ ٱللَّهِ لَا تُحْصُوهَآ ۗ إِنَّ ٱللَّهَ لَغَفُورٌ رَّحِيمٌ

"Dan jika kamu menghitung-hitung nikmat Allah, niscaya kamu tak dapat menentukan jumlahnya. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Pengampun lagi Maha Penyayang."

(QS. An Nahl (16) : 18)

🌷🌷🌷






.


H

appy Reading ❤

.



.

Kali ini aku benar-benar membuka mata lebar selebar-lebarnya. Hampir lepas bahkan. Jika ini bukan ciptaan Allah, mungkin sudah menggelinding di lantai.

"Umi jangan bohong, deh. Gak lucu," kataku tidak yakin. Aku yakin chat dia kemarin itu hanya candaan, tidak mungkin serius.

"Aya, sejak kapan umi bohong? Apa pernah umi mengajarkan Aya berbohong?"

Skakmat!

Aku menunduk takut. "Maaf, Umi. Aya cuma kaget aja, ngapain juga Dokter Dhanu khitbah Yana? Kenal juga belum terlalu lama, Aya gak mau umi," rengekku, bagaimana bisa menerima lelaki lain sedang hatiku belum sepenuhnya pulih. Masih ada goresan dan itu belum betul-betul kering. Dan soal chat kemarin, jadi bapak gila dedemit itu tidak main-main? Dia serius.

Seperti ada sesuatu yang mengganjal, kenapa pula Dokter Dhanu ingin menikahiku? Padahal selama ini aku tidak pernah sekalipun bicara lembut padanya. Kecuali waktu meminjam uang, itupun terpaksa. Bicara padanya juga suka ngegas, tidak ada manis-manisnya. Aku juga heran sampai saat ini, dia datang tiba-tiba ingin mengajakku menikah. Masih banyak wanita di luar sana yang jauh lebih baik dariku. Berpendidikan, cerdas, pandai masak, bisa menjaga perilaku, dan tentunya tidak akan ada yang menolak dia.

Apa yang dia lihat dariku? Sudah tidak bisa masak, keras kepala, petakilan, cerewetnya luar biasa allahuakbar, pecicilan, jarang mandi, jika bisa sehari sekali kenapa harus dua kali? Bahkan kalau bisa tidak mandi sekalian.

Aku jadi curiga, mau diapakan nanti ketika sudah menikah? Wah, aku mulai was-was.

Apa nanti dia akan menjualku menjadi TKW di luar negeri?

Atau... memutilasiku dan menjual potongan organ tubuhku? Harga ginjal 'kan mahal? Apalagi harga jantung. Bisa dapat milyaran dia.

Wajahnya juga sedikit... menakutkan. Sama persis seperti psikopat. Itu alasan mengapa aku memanggilnya monster pemakan bangkai.

Sungguh mengerikan! Aku harus berpikir keras untuk menikah dengannya. Kalau bisa bertapa di gua terlebih dahulu selama ratusan tahun,  setelah bangun, aku sudah berada di dunia lain. Ntah dunia mana itu.

"Umi sudah kenal lama dengan Dhanu, dia pria baik, sholeh, dan bertanggung jawab. Umi yakin Dhanu bisa membimbing Aya," tutur umi memuji pria aneh itu.

Goresan Hati (Terbit) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang