بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ
___لاَ يَحِلُّ لِلْمَرْأَةِ أَنْ تَصُومَ وَزَوْجُهَا شَاهِدٌ إِلَّا بِإِذْنِهِ، وَلاَ تَأْذَنَ فِي بَيْتِهِ إِلَّا بِإِذْنِهِ، وَمَا أَنْفَقَتْ مِنْ نَفَقَةٍ عَنْ غَيْرِ أَمْرِهِ فَإِنَّهُ يُؤَدَّى إِلَيْهِ شَطْرُهُ
“Tidak halal seorang istri berpuasa sedang suaminya menyaksikannya kecuali dengan izinnya, dan tidak boleh seorang istri mengizinkan seseorang masuk di rumahnya kecuali dengan izinnya, dan apa saja yang disedekahkan oleh istrinya tanpa perintah suaminya maka suaminya akan mendapatkan separuh pahalanya.”
(HR. Al-Bukhari dan Muslim dari Abu Hurairah radhiyallahu’anhu)
🌷🌷🌷
.
.
Sudah hampir seminggu ini Dokter Dhanu jarang sekali pulang ke rumah, kalau pulang pun sudah sangat larut sekitar jam satu pagi lalu berangkat lagi sebelum subuh. Dia hanya tiga jam saja di rumah, selebihnya ia habiskan di rumah sakit, bahkan sering tidak pulang. Aku pernah mendengar suara gemericik air dari kamarnya dan mengintip dari kaca jendela melihat mobilnya keluar pukul empat pagi.
Selama seminggu ini juga aku sama sekali tidak pernah bicara apapun padanya. Walau hanya sekadar bertegur sapa, kami seperti dua orang asing di rumah ini yang saling tidak peduli dan menganggap tidak ada satu sama lain. Satu minggu ini juga, aku selalu memasak dan yang memakannya bukan Dokter Dhanu, melainkan Pak Juri. Daripada mubazir dan tidak ada yang makan, aku berinisiatif memberikannya pada satpam itu. Dokter Dhanu seolah tengah menjauh dariku dan berusaha menghindar.
Pernah saat itu, aku memasak untuk makan malam. Namun sampai pukul setengah dua belas ia belum juga pulang. Akhirnya aku ketiduran di meja makan, kalau di film-film, paginya si wanita sudah berpindah di kamar karena digendong oleh si pria, atau paling tidak paginya sudah ada selimut yang menghangati tubuh si wanita. Mirisnya, aku tidak seperti tokoh wanita itu. Yang terjadi padaku paginya adalah demam, karena tertidur di dapur dan tidak ada sehelai selimut pun yang menghangati tubuhku. Untungnya setelah minum air jahe buatan salah satu bibi, besoknya sudah mendingan. Padahal setelah kutanya Pak Juri, ia mengatakan kalau malam itu Dokter Dhanu pulang ke rumah bahkan sampai ke dapur.
Dia hanya membiarkanku kedinginan di dapur.
***
Siang ini, setelah shalat dzuhur aku punya ide untuk mengantarkan makan siang ke rumah sakit. Sudah menjadi kewajiban seorang istri untuk melayani suami, di dalam paper bag berwarna hitam ini sudah ada nasi dan lauknya aku membuat cah sayur dengan berbagai sayuran seperti kol, brokoli, wortel, buncis dan lainnya. Karena aku tahu Dokter Dhanu menyukai segala masakan yang berbau dengan sayuran. Sebagai pelengkap, aku juga membuat perkedel.
Aku tersenyum puas melihat paper bag yang kubawa ini, khayalan tentang senyum Dokter Dhanu yang mengembang setelah aku membawakannya makan siang. Sikap dinginnya seketika hilang setelah melihatku menghampirinya.
Semoga saja.
Kakiku melangkah lebar sambil sesekali melompat persis seperti anak TK yang hendak pulang ke runah, tidak lupa dengan senyum mengembang menuju gerbang hendak menghampiri sopir pribadi yang biasanya minum kopi bersama Pak Juri. Namanya Pak Joko, umurnya hampir sama seperti abi. Ia memiliki tiga anak yang masih sekolah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Goresan Hati (Terbit)
AcakSetiap orang punya porsi kebahagiaannya masing-masing. Katanya, kebahagiaan akan menghampiri setelah badai datang menerjang diri. Pada akhirnya akan bahagia meski banyak proses yang dilalui. Tapi aku merasa porsi kebahagiaanku tidak sesuai. Mungkin...