Chapter 27

3K 345 13
                                    

بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ
___

وَاَمَّا السَّاۤىِٕلَ فَلَا تَنْهَرْ

"Dan terhadap orang yang minta-minta maka janganlah kamu menghardiknya."

(QS. Ad Duha (93) : 10)

🌷🌷🌷












.

.



Setelah mengatasi masalah dua santri yang ketahuan melanggar peraturan itu, akhirnya mereka berdua putus dan harus membersihkan toilet putra bagi santriwan dan toilet putri bagi santriwatinya selama satu minggu full. Bahkan abi sampai sakit karena drop, untungnya cuma tiga hari, dan sekarang sudah sehat. Abi memang seperti itu jika sudah marah dan sulit untuk mengontrol emosinya, pasti beliau akan jatuh sakit. Mungkin faktor umur menjadi sebab utamanya.

Dan aku sadar, kedua orang tuaku sudah tidak mudah lagi. Lalu aku? Sama sekali belum bisa membuat mereka bahagia.

Hari ini tepat satu minggu kami di rumah umi, dan kini aku dan Dokter Dhanu akan pulang ke rumah yang katanya sudah dipersiapkan sebelum kami menikah olehnya. Masalah aku ditinggal waktu itu, dia bilang karena tidak tega membangunkanku tidur. Jadilah dia sendiri ke rumah sakit dan meninggalkanku, lagipula kondisi rumah sakit stabil, jadi tidak membutuhkan kehadiranku.

Banyak alasan!

"Kalau nanti sudah sampai, jangan lupa kabarin umi ya," kata umi sambil memberikan beberapa cemilan untuk oleh-oleh.

"Iya, Umi," jawabku.

"Nanti umi sering-sering main kesana ya, Aya pasti seneng banget. Iya 'kan M-mas?" tanyaku sedikit menyenggol lengan Dokter Dhanu, bahkan hanya untuk mengucapkan kata 'Mas' saja bibirku terasa sangat kelu.

"Iya, boleh banget. Pintu rumah kami terbuka luas untuk menyambut kedatangan umi dan abi," timpalnya, aku tersenyum lembut.

Bang Anan sudah pergi sejak pagi buta tadi, dia tidak bisa meninggalkan pekerjaannya begitu saja. Akhirnya dia minta maaf dan mengatakan padaku untuk menjaga diri, dan selalu bahagia, jika ada apa-apa bisa langsung menghubunginya. Karena rumah sakit tempat Bang Anan kerja, bukan rumah sakitnya yang bisa seenak jidat ditinggal dan tidak bekerja. Lain Dokter Dhanu, sultan mah, bebas!

"Kalian yang seharusnya sering main kesini, bukan umi yang harus kesana," omelnya sambil menjewer telingaku pelan.

Aku pura-pura meringis. "Aduh, iya umi. Maaf," kataku dengan kekehan ringan.

"Abi rindu banget dengan suara bayi," ucap abi tiba-tiba.

Deg

Bayi? Seorang bayi? Bahkan aku tidak pernah membayangkan apalagi mengharapkannya, satu hal lagi. Maksudnya bayiku dengan Dokter Dhanu? Tidak, tidak mungkin! Itu hal yang mustahil.

"Iya, Abi. Doakan saja, sebentar lagi. Kami akan segera memberikan keinginan abi," sahut Dokter Dhanu tanpa beban dan seenak jidat, dia melirikku penuh arti.

Apa-apaan ini! Kami saja tidur terpisah, bagimana bisa punya bayi? Hentikan! Membayangkannya membuatku gila sendiri.

"Kalian tidak ada rencana honey moon?" tanya abi, lagi dan lagi dia melirikku. Please, stop! Jangan membahas apapun tentang anak. Apalagi ini? Honey moon? Big, no! Itu tidak masuk dalam daftar list masa depanku.

Goresan Hati (Terbit) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang