Chapter 22

3.3K 360 17
                                    

بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ
___

إذا جاءَكم مَن ترضَونَ دينَه وخُلقَه فأنكِحوهُ ، إلَّا تفعلوا تَكن فتنةٌ في الأرضِ وفسادٌ

“Jika datang kepada kalian seorang lelaki yang kalian ridhai agama dan akhlaknya, maka nikahkanlah ia. Jika tidak, maka akan terjadi fitnah dan kerusakan di muka bumi.”

(HR. Tirmidzi no.1085. Al Albani berkata dalam Shahih At Tirmidzi bahwa hadits ini hasan lighairihi).

🌷🌷🌷





















.

.





Setelah adzan berkumandang, aku disuruh shalat oleh sang suami. Dia mengatakan. "Asy Syaikh Ibnu Musaimin berkata, jika istrimu tidak melaksanakan shalat dan engkau telah menasihatinya, maka dia tidak halal lagi bagimu dan wajib bagimu menceraikannya karena ia adalah wanita kafir."

"Barang siapa yang meninggalkan shalat dengan sengaja, maka dia kafir secara terang-terangan. (HR. Ahamd)."

"Sesungguhnya (batas) antara seseorang dengan kesyirikan dan kekafiran adalah meninggalkan sholat,” (HR. Muslim dari Jabir bin Abdillah radhiyallahu‘anhuma)."

Sungguh suami yang sangat romantis. Hingga akhirnya semua make up terhapus, dan kini setelah selesai shalat zuhur, Mbak Dina kembali memoles wajahku, lagi.

Teringat Dokter Dhanu memberiku mahar tujuh ratus juta, ntah mau kuapakan uang sebanyak itu. Mungkin membantu pembangunan pesantren. Aku jadi teringat kisah tentang maskawin terbesar sepanjang sejarah yang pernah diceritakan abi tempo hari.

"Tahukah Aya, apa maskawin terbesar sepanjang sejarah? Apakah maskawin tersebut bernilai jutaan bahkan milyaran rupiah? Ataukah berupa rumah beserta segala isinya yang mewah?"

"Mungkin," jawabku.

"Bukan itu, wahai putriku. Maskawin terbesar sepanjang sejarah adalah maskawin yang diterima oleh Ummu Sulaim. Siapakah Ummu Sulaim itu?"

Menjadi pendengar itu lebih baik daripada menjadi penjawab.

"Ummu Sulaim adalah salah satu wanita yang telah mendapatkan tiket masuk surga. Sebagaimana yang diberitakan oleh Nabi Muhammad ﷺ Beliau bersabda, “Aku bermimpi masuk surga. Di sana aku bertemu dengan Al-Ramaisha’ (julukan Ummu Sulaim), istri Abu Thalhah. Aku pun mendengar suara bakiyak, lalu aku bertanya, “Siapa?” Seseorang menjawab, “Bilal.” Aku melihat rumah gedung yang di halamannya ada seorang wanita. Aku bertanya, “Rumah ini milik siapa?” Seseorang menjawab, “Milik Umar.” Aku ingin sekali masuk ke dalamnya untuk melihat-lihat. Lalu aku ingat kecemburuan Umar. Umar pun berkata, “Demi Allah, wahai Rasulullah, akulah yang pantas cemburu kepadamu.” kata Umar."

"Suatu hari, Abu Thalhah datang untuk meminang Ummu Sulaim. Pada saat itu, Abu Thalhah belum menjadi seorang yang beriman. Oleh karena itu, Ummu Sulaim berkata, “Kalau saya sendiri menerimamu dengan sepenuh hati. Orang sepertimu sayang untuk ditolak. Akan tetapi, engkau masih kafir, sedangkan aku wanita muslimah. Jika kamu mau masuk Islam, maka keislamanmu itu adalah maskawin untukku, aku tidak meminta yang lainnya darimu.” Abu Thalhah pun mengucapkan dua kalimat Syahadat, lalu menikahi Ummu Sulaim."

Goresan Hati (Terbit) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang